Kutatap rembulan
Berharap senyummu memantul di sana
Tapi gemanya kosong
Tanpa mampu melarutkan sepi
Entah bagaimana Tuhan meracik rindu
Dijejalkannya ke palung hati
Sampai berdarah-darah karena namamu
Hingga mendidih karena mendambamu
Ah, purnama...
T'lah berjuta kisah terpahat karenamu
T'lah bermilyar picisan tercipta karenamu
Tetapi jiwa yang retak tak peduli
Hanya tahu bahwa dalam bisu
ia tak mampu melihat ujungnya
Seperti harap atau sebaliknya penuh senyap
Hei, apakah kau pun menatap rembulan?
Tadi kutitip salam melalui desau
Sudahkah ia sampaikan?
Hanya diam, seperti setiap malam saat kudamba senyummu menjelma.
Mungkin picisan ini hanya angan
Mana bisa sebelah menjadi tepuk tangan?
Jangan-jangan kau sedang tertidur di samping sang pangeran berkuda putih yang bukan aku.
Terkutuklah rinduku.
Dio Agung Purwanto
Bintaro, 6 November 2017
#puisi #poem #poetry #sajak #kisahkita #kata #DukaSedalamCinta #rindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar