Senin, 24 Januari 2011

Culinary Around Campus

Tidak dapat dipungkiri, makanan warteg di sekitar kampus terkadang terasa begitu membosankan. Terlebih bagi mahasiswa yang terbiasa di rumah dengan masakan ibunda tercinta yang sederhana namun variatif. Beberapa mahasiswa lebih suka mencari

alternatif pengisi perut dengan pergi ke restoran-restoran fast food atau memesannya melalui fasilitas delivery order. Namun bagi mahasiswa seperti saya, yang harus banyak berhemat, makanan di warung-warung pinggir jalan adalah alternatif yang nikmat namun tetap bersahabat. Berikut saya sajikan beberapa tempat yang layak dijadikan referensi bagi rekan-rekan yang ingin mencari alternatif selingan pengisi perut di sekitar Kampus STAN.

Bubur Kacang Ijo Gerbang Ponsaf

Untuk kamu yang cukup perhatian dengan kandungan nutrisi dalam makanan, bubur kacang ijo layak dijadikan menu andalan. Nah, di pinggir jalan di samping gerbang masuk Pondok Safari Indah ada pedagang bubur yang menyajikan makanan satu ini. Tidak seperti bubur kacang ijo yang lain, yang satu ini bisa dibilang spesial. Apa pasal? Dengan harga tiga ribu rupiah, kamu akan memperoleh bubur kacang ijo dengan butiran-butiran kedelai, susu kental manis yang cukup banyak, santan kental, dan cabikan roti tawar. Hangat, kenyang, dan segar. Itulah kesan yang akan kamu dapatkan setelah menyeruput makanan satu ini.

Ayam Goreng Ahad Mart

Saya termasuk orang yang suka makan ayam goreng. Di lapangan parkir depan Ahad Mart, ada gerobak penjual ayam goreng yang pantas dijadikan referensi. Garing, renyah, dengan tepung bumbu yang spicy, membuat ayam goreng yang satu ini pantas diacungi jempol. Dengan tujuh ribu rupiah, kamu bisa mendapatkan ayam goreng bagian dada yang cukup besar. Penjual ayam goreng yang satu ini konsisten menggunakan kertas khusus pembungkus makanan untuk mengemas ayam, nasi (tambahan seribu rupiah), dua sachet sambal, dan satu sachet saos tomat. Jadi tidak perlu khawatir ayam goreng yang kamu beli dibungkus kertas koran yang membahayakan.


Sop Buah dan Kebab Alfamidi

Lapangan parkir Alfamidi di dekat gerbang belakang kampus cukup luas. Cukup bijak bagi pengelolanya untuk menyewakan sebagian kecil lahan itu bagi pedagang kecil seperti penjual sop buah dan penjual kebab ini.

Sop buah yang dimaksud seperti layaknya es buah yang kita kenal, namun yang satu ini cukup memuaskan dalam hal porsi dan rasanya. Biasanya, buah yang disajikan meliputi strawberi, alpukat, melon, mangga, apel, dan buah naga, dilengkapi dengan susu kental manis serta siraman air gula dan es batu sebagai pelengkap. Dengan harga tujuh ribu rupiah, sop buah ini mengenyangkan dan menyegarkan (kecuali jika kamu sedang pilek, tentunya). Tidak hanya sop buah, pedagang yang satu ini juga menyediakan berbagai jus dengan harga variatif mulai enam ribu rupiah hingga belasan ribu rupiah. Selain kentalnya, keunggulan dari jus yang disajikan adalah kita tidak perlu repot dengan ampasnya karena disaring, terutama bagi kamu yang gemar jus jambu biji.

Tepat di samping penjual sop buah, ada penjual kebab yang hanya beroperasi petang hingga malam hari. Dibandingkan kebab di restoran terkenal, jelas sekali harganya lebih murah. Sembilan ribu rupiah, kamu sudah mendapatkan kebab ukuran besar yang cukup mengenyangkan. Selain kebab, ada juga burger dengan harga relatif sama. Daging sapi yang menjadi unsur utama pun benar-benar matang dengan bumbu yang sangat melekat di lidah. Tapi untuk orang-orang yang tidak terbiasa menyantap sejenis junk food, seperti saya, harus bersiap-siap dengan sensasi kombinasi rasa bawang bombay dan mayonaise yang tetap terasa di mulut hingga keesokan harinya.

Ayam Bakar Samping Alfamidi

Saya lupa apakah warung ini punya nama atau tidak. Yang jelas, ayam bakarnya bisa menjadi referensi. Sepuluh ribu rupiah sudah membuat perut kenyang sekali. Porsi ayam bakar yang ditawarkan sangat besar jika dibandingkan dengan kebanyakan warung yang menyediakan menu serupa, ditambah nasi serta lalapan dan sambal yang menambah selera. Selain itu, bumbunya sangat meresap ke dalam daging ayam yang empuk dan matang sempurna. Untuk sebuah perayaan pascaujian, ayam bakar ini menyempurnakan kebahagiaan setelah berjibaku dengan materi ujian yang seabreg.

Bakso Tahu di Seberang Dakka Optikal

Masih di dekat Alfamidi, bergeser ke barat ada kedai bakso yang hampir selalu ramai pelanggan. Kedai ini bukan kedai permanen, hanya berupa gerobak dengan tambahan meja dan beberapa kursi plastik. Uniknya, bakso yang ditawarkan dilengkapi dengan tahu putih yang memberikan sensasi rasa bakso yang berbeda daripada kebanyakan bakso lainnya. Dengan harga delapan ribu rupiah, sesuailah dengan porsi yang sangat mengenyangkan ini.

Saya tidak merekomendasikan untuk menikmati bakso ini di kedainya, karena meja yang tersedia berkesan kotor dan lengket. Kuahnya sudah cukup gurih, lebih baik memesan bakso tanpa tambahan penyedap rasa karena biasanya penyedap rasa yang ditambahkan sangat banyak. Bayangkan jika kamu menyantap semangkuk bakso dengan penyedap rasa (MSG, monosodium glutamat) satu sendok makan! Hal yang sama terjadi dengan saos tomat, bagian yang sangat tidak saya sukai. Jika kamu menyukai bakso dengan kecap manis, tambahkan sebagai bagian pesanan khusus. Karena biasanya pedagang yang terkesan, maaf, jutek ini tidak akan menambahkan kecap manis tanpa diminta. Kuahnya sangat panas, lebih baik segera dibawa pulang dan dimakan dalam mangkuk beling demi meminimalisir resiko reaksi kimiawi kantong plastik wadah bakso.

Mi Ayam Parkir Depan Indomaret

Indomaret yang dimaksudkan adalah gerai Indomaret yang tepat berseberangan dengan gerbang belakang Kampus STAN. Dengan kocek tujuh ribu rupiah, kamu bisa mendapatkan satu porsi mi ayam bakso yang lezat. Jika memilih untuk menyantapnya di rumah/kos, kamu akan mendapatkan pengemasan yang cukup membuat nyaman. Mi dibungkus dalam kertas, kuahnya dipisahkan dalam wadah plastik, lalu bungkusan sambal, ada juga bungkusan saos tomat, dilengkapi dengan sumpit bambu sekali pakai. Jika tanpa bakso, harga dikurangi seribu rupiah.

Nasi Goreng BRI

Larut malam perut kelaparan? Jangan khawatir, teras depan toko di samping kantor BRI Pondok Aren setiap malamnya disulap menjadi kedai nasi goreng. Seperti biasa sebuah kedai nasi goreng, menu yang ditawarkan juga meliputi mi rebus/goreng dan kwetiau.

Uniknya Nasi Goreng BRI, membuat saya merekomendasikannya. Tidak perlu khawatir dengan minyak goreng yang berlebihan, karena hasilnya relatif kering dan tidak membuat eneg. Jika biasanya nasi goreng disertai kerupuk, Nasi Goreng BRI menyertakan emping melinjo yang sangat saya sukai. Jangan lupa pula untuk mencicipi acar dengan komposisi bawang, ketimun, dan wortel yang memberikan rasa segar.

Tempe Mendoan Seberang Harmony Swalayan

Penggemar KCB pasti ingat makanan satu ini, yang menjadi salah satu sebab Azzam begitu merindukan sang ibu. Ya, tempe mendoan juga hadir tidak jauh dari Kampus STAN. Gerobak penjual kudapan ini biasanya beroperasi dari petang hingga sekitar jam sembilan malam. Satu lembar tempe mendoan ukuran besar ini harganya seribu lima ratus rupiah. Dua lembar penganan ini ditambah segelas teh manis, cukup membuat perut kenyang sebagai dinner ala mahasiswa pas-pasan. Dibungkus dengan daun pisang dan kertas buram, tempe mendoan ini disertai beberapa cabai rawit hijau, kuah siram ala cuko pempek, dan sambal kacang. Sayangnya, sang penjual terkesan ‘pelit’ dengan kuah siram dan sambal kacangnya, satu lembar atau dua lembar tempe disertai dengan pelengkap yang sama jumlahnya.

Pempek Harmony

Mau tidak mau, harus diakui, lidah saya tetap saja familiar dengan makanan satu ini. Dulu sempat hunting khusus mencari makanan ini, ternyata tak perlu jauh-jauh dari kampus. Teras Harmony Swalayan dihuni para pedagang makanan, salah satunya penjual pempek ini. Tujuh ribu rupiah untuk satu porsi kapal selem, cukup pantas di sini. Jika kamu memilih untuk membawanya ke rumah/kos, maka akan dikemas dengan kotak plastik kecil. Pelengkapnya berupa ebi goreng, cuko, irisan timun, bawang goreng, dan cabai hijau giling (untuk penambah pedas cuko sesuai selera). Selain kapal selem, di sini juga ada pempek lenjer dan pempek kulit.

Soto Ayam Tegal Bahari

Belum lama ini saya mencobanya, dan saya ketagihan! Warung Tegal Bahari di Gang Kalimongso-Warung Jengkol, tidak jauh dari kontrakan kami. Lima ribu rupiah untuk satu porsi. Kuahnyalah yang menjadi daya tarik bagi saya. Jika ingin ditambah nasi, harganya menjadi tujuh ribu rupiah. Saya lebih senang mengganti nasi dengan bakwan atau tempe goreng. Supaya bisa lebih menikmati kuahnya yang kental, kamu juga bisa menambahkan sedikit susu kental manis.

Ayam Bakar Depan Gereja PJMI

Ini warung yang dibuat khusus oleh pemiliknya, bukan dengan gerobak. Dengan sepuluh ribu rupiah, kamu sudah bisa kenyang plus minum. Sambalnya betul-betul mantap! Saya pasti menghabiskan begitu banyak tissu jika berkesempatan menyantap ayam bakar di sini, untuk mengelap keringat.

Kue Pukis Indomaret

Kali ini yang dimaksud adalah gerai Indomaret yang berbeda. Tepat berada di samping gerbang utama Pondok Jurang Mangu Indah (PJMI). Harganya lima ratus rupiah per kuenya, tapi ia berbeda. Lebih padat, matangnya pas, manisnya pas. Untuk menemani minum teh, kopi, susu, atau cokelat selepas sholat Jum’at atau sore hari sepulang kuliah.

Bakso Samping Alfamart

Masih di sekitar gerbang utama PJMI. Di seberang Indomaret tadi ada gerai Alfamart. Nah, di samping Alfamart ini ada warung yang menjual bakso dan mi ayam. Baksonya kenyal, padat, tapi tidak terlalu putih. Dengan tujuh ribu lima ratus rupiah, sudah bisa menyantap semangkuk bakso lezat. Salah satu bakso berukuran besar, terasa sekali daging cincangnya. Kalau minumnya air putih saja, di sini gratis.

Ayam Bakar Lamongan

Makin ke timur, kita akan menjumpai Ayam Bakar Lamongan sebelum pom bensin Pertamina. Saya lupa harga pastinya, yang jelas warung ini lebih cocok dijadikan semacam perayaan karena relatif lebih mahal. Tapi saya tidak merekomendasikan untuk makan di tempat, karena harga minumnya juga relatif mahal. Mendingan bawa pulang, lengkapi dengan teh manis seduhan sendiri.

Bakso Kerikil

Kegemaran saya berkeliling menggunakan sepeda, membuat saya menemukan kedai bakso yang satu ini. Sesuai namanya, bakso yang ditawarkan kecil-kecil seperti kerikil. Satu-satunya pentolan terbesar seukuran bola ping-pong. Sepertinya saya banyak menemukan angka tujuh ribu rupiah, pun demikian dengan bakso yang satu ini. Sayangnya porsi yang disajikan relatif sedikit, kita juga tidak akan menemui air minum gratis. Tapi jangan langsung meninggalkan kedai ini! Kamu harus mencobanya, kuah yang menggoda. Sambalnya pun berbeda dengan kedai bakso yang lain. Kemungkinan sambalnya ditambah dengan bumbu-bumbu juga, termasuk kemiri yang cukup mempengaruhi warna dan rasanya. Letak kedai ini tidak jauh dari pertigaan Pondok Betung, tepat di seberang Mitra’10, komplek ruko bahan bangunan.


Warung Bu Ning, Warung Kuningan, dan Warung Abah

Meskipun tetap terkategori warung makan biasa atau yang lumrah disebut warteg, ketiga warung ini layak dijadikan referensi lantaran menu-menu tertentu yang ditawarkannya. Dua warung yang pertama terletak di Sarmili, sedangkan yang terakhir ada di Gang Kalimongso-Warung Jengkol.

Warung Bu Ning terkesan bersih dan luas, berbagai menu olahan ikan sangat menggugah selera. Salah satu yang menarik bagi saya adalah keberadaan ikan asin berbalur tepung, jarang ditemukan di warung lainnya. Meskipun pemilik warung ini orang Jawa, lidah Sumatera saya menerima dengan baik lantaran masakannya senantiasa disertai bumbu-bumbu yang pas, kecuali dadar telur yang terlalu berminyak. Dua ribu sudah cukup untuk menikmati jus buah di warung ini, tentu saja tidak begitu kental seperti di depan Alfamidi. Favorit saya adalah jus melon. Selain itu, jangan lupa bakwan jagungnya yang krenyes dan maknyus.

Walaupun relatif lebih mahal daripada warung yang lain, Warung Kuningan cukup memikat hati saya. Berjarak dua rumah dari Mushola Mujahidin di Sarmili, pelayanan super ramah menjadi daya tarik. Seperti Warung Bu Ning, masakan di warung ini juga sangat memperhatikan komposisi bumbu masakannya. Favorit saya di sini adalah pepes tahu dan pepes ayam. Terlebih untuk sahur di Bulan Ramadhan, menunya sangat menggoda selera.

Kalau kamu penikmat jengkol, Warung Abah menyediakannya. Rendang jengkol yang ada di sini mungkin bisa mengobati kerinduanmu akan masakan ibu di rumah. Selain itu, kamu juga harus mencoba sayur kacang merahnya. Walaupun agak meringsek ke dalam, bukan tepat di tepi jalan, warung ini ramai pelanggan. Sekali lagi, lidah Sumatera saya sangat menikmati makanan-makanan berbumbu di sini.

Warung Sate Perempatan Bintaro Jaya

Saya lupa nama pastinya, yang jelas posisinya di selatan perempatan, ke arah Stasiun Pondok Ranji. Dari harganya, memang warung ini lebih layak disebut restoran. Apalagi jika ukuran kantongnya mahasiswa rantauan dengan bekal seadanya. Tapi tidak ada salahnya jika suatu saat orangtua berkunjung, atau nanti ketika beliau datang menjelang kita diwisuda, mengajak kedua orang tercinta mengunjungi tempat makan yang satu ini. Kalau kamu mahasiswa D-III yang kenal beberapa orang mahasiswa bujangan D-IV, bolehlah sesekali meminta traktiran penyelesaian skripsi dari mereka. Hhehee!!

Andalan utama adalah sate kambing. Ada juga sate ayam, sate sapi, tongseng, sop kambing, dan kambing guling. Sembari menunggu pesanan, kamu akan disuguhi tahu goreng didampingi kecap cabai superpedas. Sate sapi ukuran besar cukup menggugah selera. Sayangnya, tidak disiram dengan bumbu kacang, melainkan hanya kecap manis dengan merk yang sama di film KCB. Namun daging sapi yang empuk itu sudah berbumbu rupanya, masih bisa dicocol dengan kecap pedas sisa tahu goreng tadi. Untuk minumannya, kamu bisa memilih es kelapa muda yang rasanya betul-betul mantap! Disajikan dalam gelas besar dan sendok, ini baru yang namanya es kelapa muda! Tidak terasa pemanis buatan sama sekali, paling-paling hanya gula pasir biasa. Daging kelapa mudanya halus, sedikit kenyal, asli kelapa muda! Harganya? Cukup dengan angka tujuh juga, tapi kali ini tujuh puluh ribu rupiah. Tenang, masih ada kembaliannya! Dengan harga ini, cukuplah momen-momen tertentu saja makan di sini.


Okay, berbagai menu sudah saya hadirkan. Ternyata makanan/minuman di tepian jalan sangat nikmat, jauh lebih menggoda daripada fast food. Semoga menjadi referensi yang bermanfaat. Kalau ada yang tidak sependapat dengan tulisan saya ini, tidak masalah. Selera kita belum tentu sama, ya kan?


Jurangmangu, mulai ditulis ba’da maghrib 23 Januari 2011, diselesaikan dini hari 24 Januari 2011
dalam semangat berbagi, dalam semangat berlatih menulis


Sumber foto: http://www.chefmd.com/culinary_medicine.php