Senin, 28 November 2011

Tentang Psy Trap, Bukti Tipikal Sebagian Mahasiswa STAN Doyan Rumpi

Proses Kreatif
Sumber gambar: majalah.hidayatullah.com/?p=690

Beberapa waktu lalu, saya sempat ‘menelurkan’ sebuah tulisan ringan dengan judul “Psy Trap, Modus Mengesalkan Ala Sebagian Mahasiswa STAN”. Tulisan ringan ini saya tulis sepekan menjelang teman-teman Mahasiswa DIII Reguler menjalani UTS kali ini, lalu saya publikasikan melalui note di facebook dan melalui dua blog saya. Motivasinya sederhana, saya ingin mengasah keterampilan saya dalam menulis. Secara kebetulan, saat itu saya baru saja membahas hal yang sama bersama teman saya di twitter. Saya melihat ada celah untuk menyampaikan amanat melalui tulisan bertema ringan ini, yakni arti penting sebuah kejujuran dan bersikap fair, maka mulailah tuts keyboard laptop saya mainkan.

Semula saya ingin menggunakan istilah psy war yang sudah lebih umum digunakan. Tapi setelah saya telaah, yang namanya war  alias perang kan ada hubungan timbal balik? Sementara yang ingin saya bahas ini perilaku satu arah. Maka dari itu, muncullah istilah yang saya ‘lahirkan’ sendiri: psy trap. Demi kehati-hatian, judulnya pun saya pilih dengan kata ‘sebagian’, karena memang tidak bisa digeneralisasi. Saya tidak pernah menyangka, apalagi berharap, tulisan saya yang satu ini menjadi buah bibir.

Penyebaran

Sepekan kemudian, saya mendapatkan sms dari seorang teman bahwa tulisan saya yang satu ini mulai ramai diperbincangkan. Alhamdulillah, berarti akan banyak yang mengambil pelajaran dari tulisan saya ini. Beberapa orang bahkan menyatakan langsung kepada saya bahwa tulisan saya tentang psy trap cukup menghibur, saya tanggapi dengan senyuman.

Akan tetapi, di pekan pertama UTS bagi Mahasiswa DIII Reguler STAN, blog saya mulai banyak dikunjungi. Beberapa orang meninggalkan komentar. Dari sinilah, saya mulai merasa aneh dengan komentar mereka. Ada yang sekadar minta ijin share, tapi sayangnya ada pula yang sampai mencaci-maki dengan hebohnya. Sebetulnya saya sempat berniat menjawab langsung komentar mereka, tapi saya pikir tak ada gunanya meladeni orang yang sedang dikuasai amarah, maka saya hanya berkomentar seperlunya saja.

Suatu hal yang tak pernah saya sangka, tulisan saya yang satu ini menjadi buah bibir. Padahal masih banyak judul lain di blog saya, yang mungkin lebih menarik untuk didiskusikan. Sayangnya, topik-topik itu mungkin kurang stunning untuk menjadi bahan ngerumpi.

Sudah Tradisi

Menyaksikan fenomena ini, ingatan saya kembali ke pengalaman selama tiga tahun sebagai Mahasiswa STAN. Ternyata, kehebohan semacam ini bukan baru sekali ini terjadi. Ada beberapa momen yang sukses memancing komentar yang tidak sedikit, sayangnya komentar itu kebanyakan tidak bermutu. Ah, mungkin ada mutunya, KW sekian.

Saya masih ingat ketika saya masih tingkat satu, isu pertama yang saya dapati adalah tentang sikap paranoid terhadap dua huruf: DO. Lucunya saat itu beredar kabar bahwa penggunaan logo STAN sembarangan berakibat fatal hingga menyebabkan DO. Maka pembuatan kaus seragam kelas kami pun urung menggunakan logo STAN.

Saat saya menjadi Koordinator Pusat STAN Fest 2011, berbagai isu mengenai rangkaian acara itu menggema menjadi topik hangat yang memancing berbagai komentar. Entah itu niat berkomentar memberikan tanggapan atau sekadar ingin eksis namanya. Entah itu mengerti duduk permasalahannya atau hanya ikut-ikutan belaka. Yang penting, comment!!

Saat angkatan saya sibuk mempersiapkan KTTA pun, hal serupa pernah terjadi. Pengumuman belum ada, sudah banyak yang sok tahu ini-itu. Anehnya, ditanggapi banyak orang! Sudah jelas ketentuan penyusunan KTTA poin demi poin, masih saja ada yang mempertanyakan hal yang sudah jelas. Lucunya, ditanggapi banyak orang!
Ada momen-momen lain, termasuk bahkan Wisuda 2011 silam. Ramai sekali orang yang memperbincangkan hal-hal yang tidak ada esensinya tentang wisuda. Sedikit gosip saja mudah menyebar, membuat panitia pun bingung menyimak ‘diskusi’ (lebih tepatnya aktvitas ngerumpi) para calon wisudawan. Bahkan seusai wisuda pun, mulai muncul gosip-gosip pemberkasan. Dan seringkali perbincangan ngelantur  ke mana-mana tanpa arah.

Sebagian Doyan Rumpi

Saya berharap judul tulisan saya kali ini diperhatikan dengan baik, bahwa saya tidak menggeneralisasi Mahasiswa STAN. Saya hanya mendapati bahwa fenomena yang terjadi berulang-ulang ini mengantarkan saya pada satu kesimpulan bahwa tipikal sebagian mahasiswa STAN adalah doyan ngerumpi. Apapun isunya, kalau menarik untuk dicaci-maki dan dikomentari, maka akan menyebar dengan cepat sekali.

Sebenarnya ini sebuah hal yang potensial, bahwa Mahasiswa STAN banyak yang asertif dan berani menyampaikan pendapatnya. Akan tetapi, wadah yang ada justru tidak dimanfaatkan dengan baik. Ada event pertemuan mahasiswa dan lembaga dalam satu forum, yang datang tidak seberapa. Ada rekruitmen PKAKP, yang mengajukan diri tak seberapa. Ada Media Center dengan Civitas-nya, yang mengajukan tulisan tak begitu banyak. Atau minimal ada koneksi internet yang memadai dan blog gratis di sana-sini, malas sekali membundel ide-idenya dalam bentuk tulisan yang disampaikan ke khalayak. Sebagian Mahasiswa STAN lebih suka ngerumpi, menilai negatif pendapat orang tanpa mau memberikan solusi.

Terkait tulisan saya tentang psy trap, saya sangat menyayangkan sikap sebagian mahasiswa yang malah sibuk ngerumpi. Bukan pesan yang saya sampaikan dalam tulisan itu yang dicamkan dalam hati, malah modus-modus yang saya sampaikan yang lebih digemari. Sebenarnya mereka sendiri yang rugi, sementara saya terus mengambil manfaat untuk berlatih menulis dan menulis, serta menyampaikan pesan-pesan dan pemikiran saya melalui tulisan-tulisan saya. Semoga tipikal itu segera berubah, karena saya juga pernah menjadi bagian Mahasiswa STAN.

Jurangmangu, 28 Nopember 2011
Selamat menjalani penghujung UTS kali ini, semoga mahasiswa muslim berkah dalam ridho Allah.

Sabtu, 26 November 2011

Pengakuan (Eks) Mahasiswa Bandel

Saat ini, masa-masa tiga tahun menjadi mahasiswa itu seolah berkelebat dalam ingatan. Ada banyak hal manis yang bisa dikenang, dan sebetulnya juga bisa diambil pelajaran. Dan kali ini, saya ingin membuat sebuah pengakuan. Pengakuan dari seorang mantan mahasiswa yang juga calon mahasiswa (DIV/S1, S2, S3), bahwa ternyata dulu ketika menjadi Mahasiswa DIII STAN, saya terhitung bandel juga. Ternyata kuliah di kampus yang tiap semester ada yang drop out itu tidak menyurutkan kebandelan saya.

Malu? Iya juga sih. Tapi semoga ini bukan aib. Baik, berikut bentuk-bentuk bandelnya saya sebagai mahasiswa.

Tidur di Kelas

Dosen yang hanya duduk di depan kelas, membacakan buku, sesekali menulis di papan tulis, tidak interaktif. Apalagi siang-siang cuaca terik, baru makan siang pula! Wah, sedikit buaian angin sepertinya sangat lembut dan mengantarkan jiwa ke awang-awang. Melayang, terbang, dan plop! Mata tertutup, telinga semakin samar mendengar, kepala pun terangguk-angguk. Pernah bahkan sampai ngences. Iya, betul! Untung saya selalu sedia sapu tangan atau tissue di saku kemeja.

Aktivitas tidur di kelas yang paling parah ketika semester pertama. Dosen Principal Accounting namanya Cucu Pujasetia. Saya hampir selalu datang di ‘kloter’ terakhir dibandingkan teman-teman sekelas, maka saya selalu kebagian duduk di deretan bangku paling depan. Delapan belas menit pertama masih sibuk mencatat dan memperhatikan. Lalu mata mulai sayu, tangan lemas, pendengaran memudar, tidur. Posisi duduk saya sendirian di depan, tepat berhadapan dengan meja dosen. Dan ini tidurnya bukan dalam posisi duduk saja, benar-benar tertelungkup ke meja. Lucunya, Pak Cucu hanya melihat dan sesekali tersenyum. Hingga pelajaran hampir berakhir, Pak Cucu memberikan kesempatan bagi yang ingin bertanya. Parahnya, saya malah angkat tangan! Jamin dah itu teman-teman sekelas pasti ada yang jengkel.

Tidak Mengerjakan Tugas

Kebandelan yang satu ini sering terjadi di semester ketiga dan semester keempat. Aktivitas di luar kuliah yang cukup menyita waktu dan tenaga memang sering membuat saya melalaikan tugas kuliah. Sebenarnya bukan karena aktivitas-aktivitas itu, melainkan prioritas waktu saya yang tidak ditata dengan baik. Sudahlah pulang malam, buku yang dibuka bukan buku pelajaran. Ada tugas? Nanti sajalah. Ujung-ujungnya malah tertidur, tugas pun lewat. Seringnya saya kerjakan hanya sebagian. Ketika diminta mengumpulkan tugas, saya ikutan. Tapi ya itu, teman-teman satu bundelan, saya cuma tiga halaman. Itu pun kadang seenaknya saya saja menjawab, bahkan ada yang salah soal tetap saya kumpulkan.

Satu yang masih mengganjal bagi saya. Saat itu ada tugas mata kuliah Hukum Perdata dan Bisnis. Sebagai tugas akhir semester, Pak Bambang memberikan tugas membandingkan dua buah peraturan perundang-undangan. Dan parahnya, sampai sekarang saya tidak mengumpulkan tugas tersebut. Sampai sekarang, dan hanya saya seorang! Pak Bambang pun sudah tak terlihat mengajar di STAN.

Maka dari itulah, tak perlu heran semester ketiga dan keempat berturut-turut 2,87 dan 2,96. Dan saya pun teramat santai menghadapinya. Aneh, bukan?

Terlambat Kuliah

Ada-ada saja yang membuat saya terlambat kuliah. Mulai dari aktivitas kepanitiaan, terlambat mandi, nonton tv, sampai dengan sengaja memperlambat tempo berjalan. Apalagi kalau saya sudah hapal dosennya akan terlambat sekian puluh menit, makin asyik tuh petantang-petenteng. Ee...begitu saya masuk kelas, ketua kelas mengumumkan bahwa kuliahnya batal. Nah, rugi kan yang datang duluan? Logika saya memang aneh.

Pernah dulu saat kuliahnya Pak Diaz, dosen Perpajakan II, saya datang terlambat yang kebangetan. Pak Diaz memang berpesan jika ada mahasiswa yang terlambat karena suatu urusan, harap mengirimkan sms kepada beliau. Dan saya sore itu memang sedang menghadiri sebuah acara, walaupun sebenarnya bisa saya tinggalkan. Saya pun mengirimkan sms ke Pak Diaz, akan hadir menjelang jam empat sore, padahal kuliah sudah dimulai jam dua siang. Dan begitu saya datang, tidak sampai setengah jam, kuliah selesai.

Lain lagi halnya dengan Pak Luther, dosen Perpajakan I. Beliau dikenal ramah dan sebenarnya suka bercanda, meskipun dengan logat Batak-nya yang khas. Biasanya, Pak Luther ini terlambat sekitar lima belas menit, dan saya sudah hapal kebiasaan beliau. Akan tetapi suatu hari, kuliah dimulai pukul 8.00, saya tepat tiba di muka pintu kelas pukul 8.06. Pak Luther sudah di kelas, dan dua orang teman saya yang terlambat tidak diperkenankan masuk, apapun alasannya. Mendapati dua teman saya tidak diperbolehkan masuk, saya urung minta ijin masuk kelas. Saya pikir pasti saya juga tidak diperbolehkan masuk. Ya sudah, saya pulang saja. Tanpa mengetuk pintu kelas pun!

Berpenampilan Tidak Sesuai Aturan

Dalam ketentuan yang berlaku, ada aturan-aturan khusus dalam berpenampilan bagi Mahasiswa STAN. Sebut saja tentang rambut yang tidak menutupi telinga-alis-kerah baju, kemeja polos dengan pilihan warna yang ditentukan, celana katun gelap, dan sepatu. Kecuali potongan rambut, saya pernah melanggar semua itu! Di-list sajalah pakaian yang pernah saya kenakan:
  1. Kaus berkerah
  2. Kemeja batik
  3. Kemeja Panitia Dinamika 2009
  4. Celana jeans
  5. Celana gunung
  6. Sandal
  7. Baju koko
  8. Kemeja kotak-kotak

Pakaian yang tidak sempat saya gunakan adalah perpaduan jeans dan kaus oblong. Terlalu nekad juga kalau sampai kuliah dengan pakaian seperti itu.

Mendebat Direktur

Di perguruan tinggi pada umumnya, mungkin menjadi hal biasa ketika ada mahasiswa yang berunjuk rasa kepada rektor. Tetapi bagi Mahasiswa STAN, sebuah hal yang tabu dan penuh risiko untuk melakukan hal serupa kepada direktur. Saya pernah melakukannya, mendebat Pak Kusmanadji, Direktur STAN.

Saat itu saya menjadi Koordinator Pusat STAN Annual Festival 2011. Salah satu acara dalam rangkaian dies natalis STAN itu sudah fix menggunakan Gedung G. Beberapa hari menjelang acara digelar, rupanya ada kabar bahwa akan diadakan reuni Alumni STAN angkatan 1982 (angkatan Pak Kusmanadji). Hebohlah panitia, kebingungan menyiasati acara.

Sebagai koordinator pusat, saya mengambil langkah untuk menemui direktur secara langsung. Sebenarnya saya sudah yakin akan seperti apa jawaban beliau, tapi saya tetap ngotot. Hasilnya? Saya sampai panik sendiri setelah mendebat beliau, tanpa perubahan keputusan. Alhasil, hingga puncak penutupan STAN Fest 2011 pun, Pak Kusmanadji masih sangat mengenali saya dan menunjukkan sikap tidak respect. Oo, seraaam!!

Datang Paling Akhir, Pergi Paling Awal

Nah, ini kalau musim ujian. Saya tidak begitu suka menyimak perbincangan teman-teman di ruangan saat menit-menit menjelang ujian dilaksanakan, pun mendengar celotehan mereka tentang ujian yang baru dilaksanakan setelah keluar dari ruangan. Makanya, saya hampir selalu datang ujian saat pengawas sudah ada di ruangan, dan segera meninggalkan kelas jika saya rasa sudah cukup menjawab soal-soal ujian. Tak peduli meskipun belum ada satupun teman satu ruangan yang keluar.

Karena demikian lancar? Tidak juga. Sering saya menemukan jalan buntu saat menjawab soal-soal ujian. Lantas saya menjawab tanpa kaidah yang berlaku, saya buat ketentuan sendiri. Alhamdulillah, nyatanya lulus juga.

Bolos Kuliah

Ketentuan bagi Mahasiswa STAN untuk bisa mengikuti ujian adalah kehadiran tatap muka minimal 80%. Itu artinya, dalam tiap semester, ada dua sampai tiga kali kesempatan untuk tidak menghadiri perkuliahan untuk masing-masing mata kuliah. Dan selama menjadi Mahasiswa DIII STAN, hampir semua mata kuliah saya ambil ‘jatah bolos’-nya. Bahkan jika sudah akhir semester dan saya belum pernah absen di mata kuliah tertentu, malah sengaja bolos.

Alasan bolos pun bermacam-macam. Kalau sakit, itu tak bisa saya elakkan. Tapi yang lain juga sering. Bolos karena ikut unjuk rasa, menjadi panitia pemira, ikut seminar, menjadi pembawa acara, atau bahkan bolos di kuliah pagi agar bisa mengerjakan tugas untuk kuliah siang.


Ya, begitulah saya di masa kuliah DIII STAN. Tidak patut dicontoh memang, dan bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Namun demikian, saya bersyukur bisa lulus hingga yudisium dengan segala kebandelan saya sebagai mahasiswa. Mungkin masih ada yang terlewatkan dari yang saya ceritakan ini.

Akan tetapi, perlu dicatat. Kebandelan saya masih dalam batas yang bisa saya ukur. Saya memang tidak pernah mendapatkan IP/IPK cumlaude dalam tiga tahun ini, tetapi saya mengambil batas aman untuk tidak perlu dipanggil ke Sekretariat STAN karena nilai saya yang sangat rawan mendekati ambang batas drop out, misalnya. Saya memang pernah berpakaian tidak sesuai aturan, tetapi saya tahu karakter dosen saya saat saya memutuskan berpenampilan seperti itu. Saya memang mendebat direktur, tetapi saya tidak melupakan batasan-batasan komunikasi yang sopan kepada beliau.

Semoga saja kebandelan ini tidak terus-menerus melekat sebagai kebiasaan buruk. Seiring bertambahnya usia dan pengalaman hidup, semoga semua itu bisa menjadi pelajaran yang mendewasakan. Ya, pelajaran dari kenangan yang tak terlupakan bahwa pernah menjadi Mahasiswa STAN dan lulus! Alhamdulillah....

­­Jurangmangu, 26 Nopember 2011.
Mari sambut psikotes dengan gembira!!

Jumat, 25 November 2011

Echi dan Om Penculik

Echi kelas dua, cantik dan energik. Selalu berjilbab dan berpakaian rapi, mirip sekali ummi-nya. Echi pandai menari, tari yang paling ia suka Tari Saman. Echi paling tidak suka kalau disuruh menarikan tari Bali, apalagi Jaipongan. Echi juga suka main lompat tali.

Hari ini hari sabtu, sekolah Echi libur. Seperti biasa, Echi membantu ummi membersihkan rumah. Echi kebagian ruang tamu dan kamar tidurnya. Kakaknya, Edi, kebagian membersihkan kamar mandi dan dapur.

Selesai membersihkan ruang tamu dan kamarnya, Echi merasa letih sekali. Tapi ia senang, bisa membantu ummi. Jam sembilan, Echi pamit ke ummi. Echi mau main di lapangan. Sebelum Echi pergi, ummi memberikan uang jajan tambahan, bonus untuk Echi yang sudah membantu ummi.

“Ih, Ummi. Echi kan bantu ummi bukan buat uang?” Echi merajuk manja.

“Nggak apa-apa, kamu kan seneng banget es krim-nya Mang Eji? Biasanya bentar lagi dia nongkrong di lapangan.” Ummi menjawab lembut.

“Iya, Mi. Makasih ya, Miii. Echi cintaaa banget ama Ummi.” Echi mencium ummi.

“Iya, ummi juga cintaaaa banget ama Echi.” Ummi memeluk Echi.

Echi berpamitan, dan dengan langkah riang, Echi pun pergi ke lapangan.

Lapangan desa tempat favorit Echi. Lapangannya luas, rumputnya segar, di pinggir lapangan banyak bunga berwarna-warni. Banyak yang bermain di sana. Ada yang bersepeda, main layangan, petak umpet, ada juga yang sibuk utak-atik hape. Echi paling sebal melihat temannya yang sibuk dengan hape di lapangan.

Nah, itu Mang Eji!

Echi berlari menuju Mang Eji. Kali ini Mang Eji memakai baju dan celana serba batik. Echi senang sekali, ia pun bertanya kepada Mang Eji.

“Mang Eji dapet batiknya dari mana? Bagus deh...!” Echi memuji pakaian Mang Eji.

“Oh, ini oleh-oleh adik Mang Eji dari Pekalongan, Neng.” Mang Eji menjawab sambil mengambil es krim kesukaan Echi, cokelat.

“Oo, bulan lalu Echi juga dibeliin rok batik ama Abi. Besok Echi pake deh, mau tunjukin ke Mang Eji.”

Echi mengambil es krim dari Mang Eji. Tiga ribu rupiah.

Echi duduk di dekat gerobak Mang Eji, ada bunya melati yang sangat wangi di dekatnya. Sambil makan es krim, Echi menceritakan tentang ummi yang memberinya hadiah. Juga tentang abi-nya yang tiga minggu ini dinas di luar kota, abi seorang auditor.

Tiba-tiba ada yang mendekati Echi. Om itu menyapa Echi dengan suara berat dan pelan. Tapi wajahnya tidak terlihat, tertutupi topi lebar. Echi terkejut.

“Om siapa?” Echi bertanya heran.

Orang itu tidak menjawab, dia semakin mendekati Echi. Echi bergidik ngeri.

Secepatnya, Echi berdiri dan berlari. Es krimnya entah ke mana. Echi masih sempat melihat orang itu dan Mang Eji tertawa-tawa. Echi yakin sekali orang itu penculik. Tapi kok Mang Eji??

“Ummii...!! Ummiiii...!” Echi lari kencang ke rumah.

“Ummi, ummi! Assalamu’alaykum Ummiii!!”

“Wa’alaykumuss....”

Echi langsung menubruk ummi.

Sambil terus mendekap erat ummi, Echi menceritakan pertemuannya dengan om penculik tadi.

Tidak lama kemudian, ada yang masuk ke rumah mereka. Itu om penculiknya!!

“Assalamu’alaykum....” Lho, kok suara abi??

Orang itu membuka topi lebarnya.

“Ab...Abi?? Aaah, Abi nakaaaaaal!!” Echi langsung lari dan memeluk abi.

Abi dan ummi terbahak-bahak melihat putrinya yang tadi ketakutan setengah mati.

Rupanya itu abi-nya Echi yang baru pulang dari dinas luar. Tiga minggu tidak bercukur, abi jadi mirip penculik. Echi jadi malu, tidak mengenali abi. Tapi Echi senang sekali, abi membawa oleh-oleh lima kardus pempek! Berarti sore ini Echi bisa membantu ummi bagi-bagi pempek ke tetangga.

Ah, untung bukan om penculik betulan!

Jurangmangu, sore hari di 25 Nopember 2011.
Ayo jadikan anak-anak kita anak yang asertif!!

Kamis, 24 November 2011

Kumpulan Twit Tentang #mSTANpp

Bismillah, saya yg miskin wawasan ini mencoba nekat membahas "Mahasiswa STAN dan Partai Politik". Dengan hashtag #mSTANpp

1. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (#STAN) adalah Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) di bawah naungan Kemenkeu RI. #mSTANpp

2. Seperti mahasiswa PTK pada umumnya, Mahasiswa #STAN dipersiapkan menjadi abdi negara di lingkungan Kemenkeu. #mSTANpp

3. Jadi sejatinya, Mahasiswa STAN memerankan 2 lakon: #mahasiswa dan #bakalCPNS, dengan segala warna dan tipikalnya. #mSTANpp

4. Tipikal seperti apa? Mahasiswa dengan segala sikap 'kepemudaan'-nya, bakal CPNS dengan segala sikap 'kebirokratan'-nya. #mSTANpp

5. Sebenarnya, kedua lakon ini tidak bertentangan, asalkan dimainkan dengan baik. Sayangnya banyak yg lebay menyikapi lakon ini. #mSTANpp

6. Lebay, karena ada yg 'kelewat mahasiswa' hingga lupa batasan. Lupa kalo dia Mahasiswa PTK, bukan Mahasiswa PTN. #mSTANpp

7. Lebay, karena ada yg 'kelewat birokrat', jadi semuanya kaku gak pake kompromi. Kreativitas tidak berkembang. Kuliah doank. #mSTANpp

8. Saking kakunya, gerak-geriknya kayak robot. Diajakin aksi damai mendukung KPK aja gak mau dengan alasan takut ke-DO. Halah!! #mSTANpp

9. Saking bebasnya, ada yang aktif di partai politik. Nah ini pembahasan sebenarnya. :) #mSTANpp

10. Beberapa teman saya pernah membahas hal ini, dan mereka sepakat tidak layak Mahasiswa STAN terlibat langsung dalam parpol. #mSTANpp

11. Kenapa? Ya itu tadi, kita adalah calon birokrat. Aktif di parpol >> dikader parpol >> jadi pengurus >> melanggar UU. #mSTANpp

12. Atas dasar logika no.11, beberapa orang memanfaatkannya utk menyerang sekelompok orang tertentu. #mSTANpp

13. Alkisah, pernah Ustaz Hidayat Nur Wahid hadir dalam sebuah acara di STAN. Beliau memberikan ceramah yg sangat memotivasi. #mSTANpp

14. Semua tahu siapa HNW, nama beliau sudah lekat sekali dengan salah satu parpol, sebut saja PKS (inisial disamarkan, hhehee). #mSTANpp

15. Tapi, apakah Ustaz HNW hadir di Kampus STAN dlm kapabilitas sebagai orang PKS? Tidak, beliau hadir sebagai guru. #mSTANpp

16. Tidak ada materi tentang PKS di dalamnya, pun atribut PKS. #mSTANpp

17. Sayangnya, ada yg memanfaatkan kesempatan itu utk menghembuskan angin tak sedap kpd Masjid Baitul Maal, penyelenggara acara. #mSTANpp

18. Isu-isu ada keterlibatan PKS dlm struktur LDK bernama 'Masjid Baitul Maal' semakin dilancarkan dgn kehadiran Ustaz HNW. #mSTANpp

19. Saya kader MBM, sedih ingat kejadian twit no.18. Saat itu sangat ingin bereaksi, tapi saya diminta menahan diri. #mSTANpp

20. MBM itu lembaga keagamaan mahasiswa muslim, apakah salah mengundang ustaz? Trus, mesti ngundang pendeta, gitu? #mSTANpp

21. Lupakan tentang Ustaz HNW. Demi menyemarakkan suasana islami, pernah MBM menggelar konser nasyid. Lagi2 diwarnai isu. #mSTANpp

22. Padahal panitia dg tegas sudah melarang atribut partai apapun yg masuk. #mSTANpp

23. Dan tahukah siapa penyelenggara kedua acara itu? MBM. #mSTANpp

24. Di kesempatan lain, ada acara seminar politik. Menghadirkan tokoh-tokoh ternama. #mSTANpp

25. Ada beberapa narasumber, yang paling saya ingat ada Ibas dan Ruhut Sitompul. Semua tahu itu kader Partai Demokrat. #mSTANpp

26. Saya tunggu suara-suara negatif itu, tidak ada! #mSTANpp

27. Lalu sebenarnya yg jadi masalah bagi para penggosip itu, parpol-nya atau MBM-nya? #mSTANpp

28. Hey!! Padahal jelas sekali Ibas-Ruhut datang dalam sebuah acara politik! #mSTANpp

29. Lalu saya bertanya-tanya, sebenarnya di STAN ini adanya PKS atau Partai Demokrat sih? #mSTANpp

30. Saya masih ingat beberapa orang yg sangat mengelu-elukan kehadiran dua kader parpol franchise (Partai Demokrat) itu. #mSTANpp

31. Kalo mau main isu balas isu, darah muda saya saat itu sudah sangat ingin mem-bully mereka. #mSTANpp

32. Tapi saya ini kan anak MBM? Masa iya melakukan hal-hal tidak terhormat dengan black campaign? #mSTANpp

Masih mau membahas #mSTANpp, tapi udah malem. Besok aja kali ya? Mungkin emang agak melebar bahasannya. Maaf deeh. :)

Pagi ini mau lanjut #mSTANpp. Di note saya tercatat sampai no.32 semalem ya? Oke, bismillah.

33. Pertanyaan demi pertanyaan terus berkelebat. Memang membuat sy bingung saat itu. Dan di sinilah pola pikir sy salah kala itu. #mSTANpp

34. Paradigma saya saat itu masih hitam-putih, kalo nggak kita ya mereka, kalo gak putih ya hitam. #mSTANpp

35. Saya ingat sekali waktu itu ada yg menasihati. "Sebenarnya tidak masalah partai apapun terlibat di kegiatan kampus." #mSTANpp

36. Ya, saya yg buta wawasan saat itu hanya melongo dan bertanya-tanya. Yang menasihati saat itu terbilang senior. #mSTANpp

37. "Kampus ini tempat kita belajar memainkan peran, dan di sinilah kita belajar akan banyak hal sebelum terjun ke masyarakat." #mSTANpp

38. "Tidak salah jika ada tokoh-tokoh partai politik menjadi pengisi acara di kampus. Toh mereka juga punya peran lain." #mSTANpp

39. "Karena selain politisi, mereka pasti punya kapabilitas sebagai ustaz, businessman, dosen, dsb." #mSTANpp

40. "Yang jadi masalah justru pola pikir kamu ini. Mudah terbawa suasana, yg hanya memandang dari satu sisi." Saya pun #terdiam. #mSTANpp

41. "Yg salah ketika kalian terlibat secara langsung menjadi anggota dan pengurus. Karena memang akan bertentangan dgn UU." #mSTANpp

42. "Apalagi setelah jadi pegawai nanti, hati2lah jgn sampai ada atribut partai apapun yg kau gunakan." #mSTANpp

43. "Bukan berarti hak-hakmu sebagai rakyat sipil dilepaskan, sama sekali bukan." #mSTANpp

44. "Hati dan ideologi condong ke partai tertentu, manusiawi. Tapi independen dalam perilaku adalah hal yg harus diperhatikan." #mSTANpp

45. Lebih panjang lagi nasihat itu, tapi cukuplah saya kutipkan penggalannya. #mSTANpp

46. Logika no.11 pun tak semestinya begitu, logika hitam-putih saya pun tak seharunya begitu. #mSTANpp

47. Karena ada bagian2 yg membuat kita bijak dalam berpolitik. Bergaul dgn politisi tak salah, karena mereka juga manusia. #mSTANpp

48. Bikin acara kampus dengan kehadiran politisi pun tak usah dipersoalkan, kecuali secara terbuka mereka kampanye. #mSTANpp

49. Dan banyak isu pun tak masalah. Selama tidak membahayakan, isu tetaplah isu. Jika sudah ke taraf fitnah, baru ditindak! #mSTANpp

50. Menjadi antipati kepada parpol pun bukan sikap yg tepat. Karena ini negara demokrasi, kepentok ke mana pun nemu parpol juga. #mSTANpp

51. Maka jika saya bisa mengulang, rasanya ingin memperbaiki sikap. Tak perlulah saya marah saat itu, tak perlu bersu'uzhon. #mSTANpp

52. Apatah lagi sampai menganggap black campaign segala. Duhai, cetek sekali pemikiranmu, Dio!! #mSTANpp

53. Dan sebentar lagi menjadi pegawai negeri, Insya Allah. Pemikiran cetek itu harus dibuang. #mSTANpp

54. Harus lebih cerdas dalam bersikap, terutama menyikapi tentang keberadaan parpol ini. #mSTANpp

55. Karena parpol bukan barang haram mutlak, hanya memang ada bagian2 yg hannya boleh pada restricted area. #mSTANpp

56. Masih banyak pelajaran lain yg bisa saya petik tntang parpol ini. Tapi biarlah saya pahami sendiri saja dulu. #mSTANpp

57. Hal yg pokok adalah jangan bersikap antipati kepada parpol, pun jangan fanatik apalagi sampai mengambil bagian sebagai anggota. #mSTANpp

58. Lepaskan semua atribut parpol yg dimiliki, bersikaplah wajar sebagaimana rakyat sipil pada umumnya. #mSTANpp

59. Akan halnya bergaul dengan orang2 parpol dalam kapasitasnya sebagai manusia, maka tanggalkanlah embel2 birokrat. #mSTANpp

60. MBM diisukan menjadi markas PKS? Biar saja, toh saya tahu struktur di dalamnya tidak ada campur tangan anggota PKS. #mSTANpp

61. Saya dibilang orang PKS? Sebenarnya ada bangga juga disamakan dengan kader2 partai yg oke punya. #mSTANpp

62. Meskipun orang PKS pun tak akan sudi menjadikan saya yg calon birokrat sebagai anggotanya. #mSTANpp

63. Saya dibilang orang Partai Demokrat? Entah dari mana pula itu. Tapi di Demokrat pun banyak orang hebat, saya tahu. #mSTANpp

64. Lantas apa masalahnya dengan parpol? Toh ia bagian negara ini juga. #mSTANpp

65. Sekali lagi, sikap dan penyikapan kitalah yg harus bijak dan dewasa dalam hal ini. #mSTANpp

66. Bukan saling mencurigai, bukan saling tuduh. Saling-silang sudah biasa, tapi permusuhan jangan dibesarkan. #mSTANpp

67. Karena apa jadinya jika sesama Mahasiswa STAN saja sudah saling menghujat? (Ehm! Jadi ingat kasus 'Penghujat KMSTAN') #mSTANpp

68. Padahal di kampus inilah harapan negeri tertambat, demi sektor yang sangat vital: keuangan. #mSTANpp

69. Dunia mahasiswa adalah dunia pembelajaran. Masyarakat, inilah dunia yang sesungguhnya. #mSTANpp

Sudahi saja ya tentang #mSTANpp? Meskipun ngalor-ngidul gak jelas, semoga ada yg bisa dipetik. :)

Alhamdulillah. Semoga tak ada yg tersakiti, jika ada semoga mau memaafkan diri ini. #mSTANpp

Senin, 21 November 2011

Negeri Santun Itu

Alkisah tersebutlah sebuah negeri di Tenggara Asia. Negeri elok, permai, cantik, menarik, kaya sumber daya alam, berkebudayaan yang beragam, dan penuh kepribadian. Negeri itu, negeri yang hingga sedetik yang lalu masih membuat diri ini bangga, negeri yang membuat diri ini bersyukur sekali menjadi bagian di dalamnya. Negeri itu dikenal dengan budaya timur yang sangat kental dengan kesopanannya, keramahannya, gotong-royongnya, tenggang rasanya, tepa seliranya, dan segenap pujian lainnya.

Kebanggaan sedetik yang lalu itu, seketika agak tertutupi dalam hati ini. Benarkah ini negeriku? Atau aku sedang tersesat di negeri lain yang berbahasa sama dengan negeriku, dengan peta yang sama dengan negeriku, dengan bentuk pemerintahan yang sama dengan negeriku, dengan ras manusianya yang sama dengan negeriku? Hanya itu yang kuharapkan, bahwa aku sedang tersesat di sebuah negeri alien dengan rupa yang sama persis dengan negeriku.

Negeri santun itu, tidak akan mau mencerca tetangganya dengan hinaan tak berakhlak. Negeri santun itu, tidak akan mau meneriaki tetangganya dengan kata-kata kotor. Dan negeri santun itu, tidak akan membuat gaduh tak termaafkan saat lagu kebangsaan negeri sahabat dilantunkan dalam pertandingan olahraga. Ya, karena negeri santun itu adalah negeriku. Negeri santun di tenggara Asia, di barat laut Australia.

Sedangkan di sini aku sedang tersesat. Lihatlah negeri tempatku berada saat ini! Caci-maki membudaya, hinaan kepada tetangga terus menggejala. Menang pertandingan, jumawa. Kalah pertandingan, mencerca lawannya. Dan yang membuat aku ingin segera pulang ke negeriku yang santun, karena negeri ini tak beradab! Tanpa sungkan menenggelamkan lagu kebangsaan tetangga yang sedang dikumandangkan di awal pertandingan. Tanpa malu membuat coreng nama baik sendiri sebagai negeri penyelenggara pertandingan. Kalau ingat seremonial pembukaannya, sungguh malu aku tersesat di negeri ini!

Di sana, di negeri para tetangga, sikap tak beradab itu telah menjadi berita. Bukan hanya tetanga terdekat, tapi sudah sekian negeri memberitakan sikap tak berakhlak negeri ini. Tinggal tunggu saja, negeri ini dicemooh laksana sebuah negeri komunis yang rakyatnya pernah melakukan hal serupa kepada negeri yang pernah menjajah negeri ini. Tinggal tunggu saja, federasi olahraga memberikan sanksi atas tindakan memalukan negeri ini. Tinggal tunggu saja, Yang Maha Kuasa memberikan peringatan yang lebih nyata.

Dan nanti malam, negeri ini akan berhadapan kembali dengan negeri tetangganya. Dalam sebuah pertandingan yang diberi nama ‘final’. Bagaimana nasib lantunan lagu kebangsaan negeri sahabat itu nanti malam? Ah, aku berharap segera kembali ke negeriku sekarang juga. Negeri santun itu....

Di salah satu sudut negeri ‘santun’, 21 Nopember 2011

Minggu, 13 November 2011

Psy Trap, Modus Mengesalkan Ala Sebagian Mahasiswa STAN

Menjadi mahasiswa sebuah perguruan tinggi kedinasan yang menerapkan seleksi ketat di setiap semesternya membutuhkan strategi yang tidak asal-asalan. Pilihan untuk ‘hanya belajar’ atau menambah aktivitas lain kembali ke pribadi masing-masing. Akan tetapi, apapun pilihan itu, konsekuensinya adalah manajemen waktu dan manajemen psikologi adalah hal yang harus ditata sebaik mungkin.

Tiga tahun menjadi Mahasiswa STAN, saya mendapati kenyataan bahwa ada orang-orang tertentu yang melancarkan trik-trik tertentu kepada teman-temannya sesama Mahasiswa STAN dalam rangka persaingan. Pada umumnya bukanlah trik ‘rendahan’. Misalnya dengan dengan memberikan makanan/minuman yang membahayakan kesehatan. Tidak! Trik seperti itu tidak dilakukan oleh Mahasiswa STAN.

Mental, ya mental, itulah yang selalu menjadi titik serang untuk ‘mengalahkan lawan’ sesama Mahasiswa STAN. Disadari atau tidak, ada banyak para pelaku psy-trap  di kalangan Mahasiswa STAN. Seperti apakah modusnya? Mari kita mulakan dengan Bismillah.

Modus Satu

Seperti sebuah kebiasaan, mahasiswa-mahasiswa tertentu akan melancarkan strategi psy-trap dalam penyelesaian tugas. Ketika sudah mengerjakan separuh tugas, rehat sejenak untuk sekadar sms atau mention twitter.

“Eh, ada tugas apa aja ya?” Memberi kesan bahwa ia tidak tahu ada tugas atau tidak.

Sang teman pun akan menjawab bahwa tugasnya ini dan itu, halaman sekian dan sekian.
Lalu sang pelaku psy-trap  akan mendiamkan sms itu terlebih dahulu. Ketika ia berhasil menyelesaikan tiga per empat tugasnya, barulah membalas sms.

“Duh, gue baru tau. Ajarin donk!” Memberi kesan bahwa dia tidak lebih pintar dari temannya itu.
“Tapi gue nggak ngerti.”
“Sama.” Padahal tugas hampir selesai.
“Ya udah besok aja kita nyalin punya si X, katanya sih pendek.”
“Oke.”

Besoknya, ketika mata kuliah yang bersangkutan akan dimulai, dia pura-pura ikut sibuk menyalin jawaban tugas dari temannya. Modal banget! Kertas folio, pulpen, dan segenap piranti lainnya. Lalu tibalah waktu tugas harus dikumpulkan. Tadaaa! Ia pun mengeluarkan bundelan kertas rapi berisi jawaban tugas yang sudah ia persiapkan dengan baik. Tertipulah temannya yang dia tanyai tadi malam. Sementara itu, yang memang bingung dan ikut menyalin jawaban malah melongo, jawaban tugasnya hanya sepersekian.

Modus Dua

Ini tentang ujian. Malam sebelum ujian, biasanya banyak yang bertanya.

“Eh, lu belajar dari mana?” Niatnya mengecek persiapan temannya.
“Aduh, bingung gue. Belajar apa? Kalo elu?” Jebakan dipasang.
“Baru baca IMMSI doank nih.” Jujur. Yang dimaksud adalah paket soal bahas yang disediakan IMMSI.
“Oh, bagus ya? Ya udah deh gue baca IMMSI juga deh.” Padahal bukunya Warren-Fees, Kieso, dan lain-lainnya lengkap dan sudah dipelajari.

Si jujur beranggapan ada teman yang juga belajar hanya dari paket soal bahas IMMSI. Sudah itu saja. Dan ia pun tertipu.

Modus Tiga

Masih malam sebelum ujian. Apapun info yang kemungkinan bisa disebut kisi-kisi, ia sebarkan ke sebanyak mungkin teman. Tanpa pilih-pilih, yang penting terlihat banyak. Efeknya? Yang bingung semakin bingung, lantaran materinya terlihat sangat banyak. Padahal intinya sama, itu-itu juga.

Modus Empat

Sesaat sebelum ujian. Ketahuilah, ada yang pura-pura bingung membaca materi di kelas sebelum ujian itu, ternyata sudah hapal di luar kepala! Mahasiswa yang benar-benar bingung ikut-ikutan belajar sesaat sebelum ujian, berusaha menghapal sebanyak mungkin. Hasilnya otaknya nge-hank, malah jadi banyak blank.

Lalu datang juga pelaku psy-trap lainnya.
“Aduh, gue ketiduran deh semalem. Cuma baca lima halaman.”
“Gue muter-muter belajar dari IMMSI, kagak ngerti juga.”
“Udahlah gue pasrah aja deh.”
“Saya nggak baca sama sekali.”
Hasilnya? Itu empat-empatnya nilainya A.

Modus Lima

Saat ujian, ekspresi kebingungan luar biasa.  Bolak-balik toilet, lap keringat, dan sebagainya. Hal ini menularkan kegugupan kepada teman-temannya. Dia sendiri dengan leluasa menjawab soal dengan hati penuh kemenangan.

Modus Enam

Setelah keluar dari ruang ujian di hari pertama. Sibuk bertanya.
“Eh, lu balance nggak?”
“Nggak tuh, tadi kayaknya ada yang salah.” Jujur.
“Gue balance.” Ini yang lain, jujur juga.
“Kayaknya sengaja dibikin nggak balance deh, tadi gue pake asumsi.” Psy-trap.

Dan yang tadinya balance dan seharusnya benar, meragukan jawabannya sendiri. Besoknya, psikologinya menurun drastis, tidak percaya diri.

Modus Tujuh

Setelah keluar dari ruang ujian. Sibuk bertanya ini-itu, menggamangkan hati teman-temannya.
“Tadi jawaban nomor dua apa ya?”
“Aduh, gue nggak bisa jawab sama sekali!”
“Pasrah aja deh.”
“Aku? Mengarang indah.”
“Wah, ke-DO deh gua kayaknya.”
Saat pengumuman kelulusan, ee masuk papan atas.

Mungkin masih ada beberapa modus lainnya. Tapi saya rasa ini sudah cukup untuk mengutarakan sedikit maksud yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini. Terutama kepada teman-teman saya yang masih aktif sebagai Mahasiswa STAN.
Belajarlah untuk bersikap dewasa. Persaingan memang boleh saja terjadi, tapi lakukanlah dengan bijak. Berlakulah jujur, tidak usah melakukan trik-trik yang sering mengesalkan dan mengecewakan orang seperti itu. Kalau memang kemampuan terbatas, cukup cari cara pemecahannya.

Ketahuilah bahwa orang-orang yang bersikap dengan modus seperti ini tidak akan bertahan lama di dalam pergaulan. Anda akan dicap tidak jujur oleh teman-teman Anda, dan bukan tidak mungkin hati mereka terluka karena sikap Anda.

Mungkin tulisan ini menyinggung orang-orang tertentu, mohon maaf. Mungkin tulisan ini malah membingungkan, mohon maaf juga. Saya hanya berupaya menyampaikan apa yang saya pikirkan, walaupun mungkin tidak ada kemampuan yang mumpuni di dalam diri saya mengenai hal ini.

Semangat berkarya!! Selamat ujian!

Jurangmangu, 13 Nopember 2011, 17.19 WIB.

Rabu, 09 November 2011

Mengamankan Akun di facebook.com dari Posting Nakal

Maraknya penggunaan jejaring sosial di dunia kedua (saya tidak menyebutnya ‘dunia maya’) memberikan banyak dampak positif ke dalam kehidupan kita yang mampu menggunakannya dengan bijak. Dengan meluasnya penggunaan facebook.com misalnya, maka semakin terbuka peluang untuk memanfaatkannya sebagai media promosi. Entah itu promosi barang, jasa, atau bahkan kampanye kandidat presiden/kepala daerah.

Akan tetapi, sebuah hal yang menggejala akhir-akhir ini seringkali merugikan para pengguna facebook.com. Apa pasal? Pengguna facebook.com banyak yang menjadi korban posting palsu dari pihak ketiga mengatasnamakan akun yang dimilikinya. Entah itu melalui pembajakan akun dengan kebocoran password atau melalui aplikasi yang otomatis mem-posting bermacam hal atas nama pemilik akun. Meresahkan, memang. Apalagi jika posting otomatis tersebut berisi konten-konten negatif yang sama sekali bertentangan dengan kepribadian dan keinginan pemilik akun.

Setelah mengamati fenomena ini, saya terpikirkan untuk berbagi cara yang mungkin bisa dilakukan agar akun kita di facebook.com bebas dari tangan-tangan usil yang tidak bertanggung jawab. Berikut hal-hal yang harus kita perhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut.



1. Password


Password menjadi kunci yang sangat menentukan agar kita bisa mengakses akun yang kita miliki. Tanpa password yang tepat, kita tidak akan bisa membuka akun kita di facebook.com. Akan tetapi, banyak orang yang meremehkan keberadaan password ini. Dengan alasan supaya mudah diingat, password yang simple pun dipilih. Saking mudahnya diingat, password itu pun dengan mudah ditebak oleh orang lain yang berniat jahat/usil terhadap akun kita.

Sangat penting diingat, jangan pernah menggunakan tanggal lahir sebagai password! Karena hal ini sangat mudah ditebak, apalagi dengan data-data diri kita yang sudah bertebaran di mana-mana. Termasuk dalam hal ini adalah nomor ponsel, nomor rumah, dan angka-angka yang sering Anda pakai sebagai ciri khusus Anda dalam bersosialisasi. Misalnya Anda bergabung dalam sebuah komunitas tertentu, dengan nama keren di komunitas itu ‘Agen2087’. Jangan pernah menggunakan kombinasi angka ‘2087’ sebagai password!

Gunakanlah password yang mudah Anda ingat tetapi susah ditebak orang lain. Caranya? Kombinasikan huruf besar, huruf kecil, angka, dan karakter spesial dengan jumlah karakter yang tidak kurang dari delapan karakter. Contoh sederhana: AvAilAble2012=

Penting juga untuk menjaga kerahasiaan password ini. Tidak perlu memberitahukannya kepada teman-teman Anda, walaupun hanya dalam bentuk clue yang berujung pada tertebaknya password yang Anda gunakan.
2.      


2. Privasi Akses Internet


Perhatikanlah di mana Anda berada! Jika Anda mengakses internet di tempat umum, misalnya warnet, Anda harus ekstra hati-hati. Jangan pernah membiarkan kotak ‘keep me login’, ‘always login’, dan sejenisnya dicentang! Jika ada pilihan ‘save password’, pilihlah ‘dont save’.

Atau Anda bisa menggunakan ‘private browsing’ (Mozilla Firefox), ‘incognito window’ (Google Chrome), ‘private window’ (Opera), dan sejenisnya. Cari saja di menu browser Anda, pilihan ini mudah ditemukan, biasanya dengan shortcut Ctrl+Shift+N. Dengan fasilitas ini, komputer tidak akan menyimpan thumbnail saat Anda browsing, dan tidak ada history yang terekam saat Anda menggunakannya. Password dan username Anda pun tidak akan tersimpan di browser. Memang risikonya jika tanpa sengaja menutup browser, Anda tidak dapat me-restore-nya. Tapi apalah artinya dibandingkan keamanan password Anda? Berhati-hati saja dan jangan terlalu agresif menggerakkan mouse atau menekan tuts keyboard tanpa arah yang jelas!
3.       

      3. Godaan Link

Sekarang, makin banyak bertebaran link di facebook.com. Ada yang memang memberikan informasi bermanfaat, ada juga yang membuat kesal pengguna facebook.com karena terjebak dalam ‘jebakan betmen’. Berhati-hatilah dengan link ini! Bahkan jikapun link tersebut Anda terima dari akun yang terpercaya. Karena bisa jadi, itu ulah jahil aplikasi jahiliyah yang juga telah menjebak orang yang ‘mengirimi’ Anda link tersebut.

Lalu bagaimana kita mengetahui apa sebenarnya isi link itu dengan aman? Silakan copy link tersebut, buka browser yang lain (pastikan username dan password Anda tidak dalam posisi ‘keep me login’ dan sejenisnya) atau buka fasilitas private browsing yang baru, paste-kan link tadi, lalu tekan enter. Apapun isi link itu, akun Anda di facebook.com aman dari kejadian yang tidak diinginkan. Selanjutnya Anda-lah yang memutuskan apakah isi link itu baik atau tidak. Karena Anda adalah pengguna facebook.com yang dewasa serta bisa berpikir dan bertindak secara dewasa pula.

Hal yang juga tidak boleh dilupakan, logout akun Anda sebelum meninggalkan warnet! Untuk lebih meyakinkan lagi jika Anda tidak menggunakan mode private browsing, lakukan clear history minimal untuk jam saat Anda memakainya!
4.      

      4. Aplikasi Web Pihak Ketiga

Sudah banyak aplikasi yang menggunakan facebook.com sebagai inangnya. Mulai dari yang sekadar kuis-kuis ringan berhadiah gambar (semacam kuis ‘Siapa artis yang paling ingin kamu ajak nge-date?’), hingga promo produk perusahaan tertentu yang menjanjikan hadiah barang ekonomis (misalnya ‘Choey Choco’). Bijaklah menggunakan aplikasi, jangan sampai Anda terjebak dengan posting-posting memalukan dari aplikasi tersebut hanya karena Anda teledor!

Saat awal kita menggunakan sebuah aplikasi, ada kotak dialog yang meminta persetujuan kita (‘allow’ atau ‘dont allow’). Jangan remehkan hal ini! Anda bisa melihat apa saja yang bisa dilakukan aplikasi tersebut terhadap akun Anda dari kotak dialog. Pilihan ‘allow to access your basic information’, saya kira tidak terlalu urgent karena di profil sendiri kita sudah menampilkan apa saja yang kita tidak berkeberatan jika ada orang lain yang mengaksesnya. Namun jika ada pilihan ‘allow application to post to your friend’s wall as you’, atau ‘allow application to send message as you’, atau pembolehan lain yang mencurigakan, Anda patut mempertimbangkan kembali untuk menggunakan aplikasi itu atau tidak. Karena jika ini Anda abaikan, jangan marah jika sewaktu-waktu aplikasi tersebut membuat posting-posting tertentu mengatasnamakan akun Anda.
5.      

      5. Login Form di Website Lain

Hati-hatilah ketika browsing! Ada website tertentu yang menjebak Anda untuk memberitahukan mereka akun dan password Anda di facebook.com! Biasanya di website tersebut langsung ada kotak berwarna biru dan putih, lengkap dengan logo facebook.com dan kolom e-mail serta password. Sepintas sangat meyakinkan. Sekali-sekali jangan pernah mengisi kolom tersebut!

Facebook.com memang menyediakan fasilitas share button, like button, dan comment button untuk dipasang di website atau weblog bagi yang menginginkannya. Akan tetapi, kita tidak pernah diminta langsung mengisikan e-mail dan password di website lain selain facebook.com itu sendiri, kecuali itu adalah tipu daya website yang bersangkutan. Jika memang Anda tidak dalam keadaan login di akun facebook.com yang Anda miliki, maka Anda akan diarahkan ke jendela browser yang baru untuk login di alamat tertentu dengan format ‘www.facebook.com/...’. Jadi, jangan pernah tergoda mengisi login form di alamat yang tidak jelas!
6.      

      6. Aplikasi Seluler (Mobile Application)

Semakin berkembangnya teknologi seluler juga tidak bisa dilepaskan dari akses terhadap facebook.com melalui mobile device yang kian meningkat. Beragam aplikasi khusus untuk facebook.com pun sudah banyak tersedia, umumnya bisa didapatkan secara gratis kecuali akses internet untuk men-download-nya. 

Kebanyakan dari kita pun lebih nyaman menggunakan aplikasi ini dibandingkan mengakses m.facebook.com melalui browser bawaan. Apalagi biasanya jika meng-update status melalui aplikasi ini, nama aplikasinya akan muncul mengiringi status kita. Ya, sifat dasar manusia bahwa eksistensinya ingin diakui. Manusiawi memang.

Namun demikian, penggunaan mobile application ini juga harus Anda cermati. Jangan mudah tergoda dengan aplikasi-aplikasi yang tidak jelas vendor-nya dan seringkali membuat Anda terjebak juga. Gunakan hanya mobile application yang Anda yakini kredibilitasnya. Bisa dengan mencari tahu review atas mobile application tersebut sebanyak-banyaknya, atau bertanya kepada kerabat/kenalan yang sudah pernah menggunakannya.

Agar lebih aman, Anda bisa memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang sudah terdaftar secara resmi di application store pada perangkat seluler Anda. Misalnya Ovi Store (Nokia), Blackberry Appworld, Android Market, iOS App (Apple), dan Marketplace (Windows Mobile). Pada umumnya, aplikasi yang sudah terdaftar secara resmi di sana sudah melalui uji kelayakan sehingga aman digunakan. Meskipun tetap ada kemungkinan yang tidak terjaring, tapi jauh lebih aman daripada aplikasi yang tidak jelas asal-usulnya.
7.      

      7. Cekatan Menindaklanjuti

Bagaimana jika terlanjur masuk perangkap? Apa yang harus kita lakukan?

Tenang, tidak usah terlalu panik. Jika memang selama ini reputasi Anda di dunia kedua baik, maka tidak akan begitu mudah bagi teman-teman Anda menilai Anda negatif hanya karena posting mengatasnamakan Anda yang isinya tidak sesuai dengan karakter dan kebiasaan Anda. Malah mereka akan memberikan support dengan membantu Anda menghentikan aksi kurang ajar perangkap tersebut. Misalnya dengan menghapus posting tersebut dan me-report dan/atau menge-block aplikasi yang menjebak Anda.

Jika Anda sedang dalam keadaan online chat, segera buat akun Anda offline dengan klik chat button di kanan bawah, lalu klik gambar gear, hilangkan centang pada opsi ‘available for chat’. Hal ini untuk meminimalkan kemungkinan akun Anda mengirim link yang tidak Anda inginkan kepada teman-teman Anda yang sedang online.

Setelah itu, jangan terburu-buru mengonfirmasi bahwa posting tersebut bukan Anda yang melakukannya. Itu urusan mudah, nanti saja! Segera logout akun Anda, tunggu sekitar enam menit, lalu login lagi. Setelah Anda kembali login (sebaiknya dengan cara yang sudah saya paparkan di poin privasi akses internet), pastikan chat Anda dalam posisi offline. Kemudian klik opsi ‘Account Setting’ pada tanda segitiga di pojok kanan atas, klik ‘apps’, lalu klik tanda silang (remove) di sebelah kanan aplikasi yang ingin Anda buang dari akun Anda.

Barulah setelah langkah-langkah tersebut Anda lakukan, Anda bisa mulai menghapus jejak sisa-sisa keusilan aplikasi nakal yang sudah Anda remove. Anda juga bisa me-report dan/atau menge-block aplikasi tersebut. Nah, sekarang Anda sudah bisa menggunakan akun facebook.com Anda dengan aman. Jika Anda merasa membutuhkan konfirmasi kepada teman-teman Anda, silakan.
8.      

      8. Memperkuat Iman

Apakah poin ini out of the topic? Saya kira tidak. Memperkuat dan menjaga iman kita juga sangat penting dalam menggunakan jejaring sosial semacam facebook.com. Link yang kita terima, tidak semuanya harus kita buka. Jika dari namanya atau preview-nya saja, misalnya, sudah ada gambar wanita berpakaian minim dan/atau pose ‘menantang’, tak usahlah memperturutkan rasa penasaran kita. Karena sekecil-kecilnya sudah pasti ada dosa di sana.

Baiklah, poin demi poin sudah saya bahas sesuai kapasitas saya yang sangat terbatas. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, sekecil apapun manfaat itu. Wallahu a’lam.

Jurangmangu, 9 Nopember 2011/13 Zulhijjah 1432
Diselesaikan pukul 16.59 WIB

Selasa, 08 November 2011

Kumpulan Twit Tentang #UKS2011

Siapa aja deh yg mau nyimak, saya mau share tentang Ujian Kompetensi Spesialisasi a.k.a. #UKS2011

1. Seperti biasa, salah satu penentu kelulusan Mahasiswa STAN adalah UKS. #UKS2011

2. SKS-nya nol, tapi kalo gak lulus, DO dari STAN. Sayang banget kan? Udah semester akhir pula. #UKS2011

3. Alhasil, #UKS2011 yang sangat fenomenal ini berhasil menggalaukan sebagian Mahasiswa STAN. Kecuali mungkin orang yg seperti saya.

4. Bahkan sekian bulan sebelum #UKS2011, udah banyak yg ribut belajar mati-matian buat UKS. Padahal nyata2 ada UAS yg 9sks.

5. Saya? Enjoy aja, malah masih sibuk mau daftar kepanitiaan. Hhahaa!! #UKS2011

6. Walaupun ditolak juga, dengan alasan terlalu uzur untuk jadi panitia acara kampus. Hhehee. #UKS2011

7. Nah, UAS di semester terakhir sih saya mesti belajar juga. Lumayan 9sks, menebus 'dosa masa muda' semester 2 s.d. 5. #UKS2011

8. Alhamdulillah, UAS keenam saya lulus. Kalo '06' bisa dibaca enam, IPK saya TIGA KOMA ENAM. Padahal IP semester 5 itu 2,87 #UKS2011

9. KTTA? Nggak usah dibahaslah. Mengarang indah dengan dosbing dan dosnil yang indah pula. :) #UKS2011

10. Singkat cerita, tinggal ada UKS. Dari 8 penghuni kos, cuma saya dan Emil (tingkat satu) kayaknya yg nyantai. :) #UKS2011

11. Sementara yg lain sibuk belajar ini belajar itu. #UKS2011

12. Saya bukan merasa sudah berilmu, tapi dengan kuliah saya selama ini, nggak yakin pelajaran itu masuk dalam waktu singkat. #UKS2011

13. Pada intinya saya banyak pasrah kepada takdir saja. Hhehee.... #UKS2011

13. Ralat ah, "...kepada takdir Allah saja." :)

14. Kebetulan saat UKS adalah awal Ramadan, saya yakinkan diri saja bahwa Allah menolong hamba yg meminta pertolongannya. #UKS2011

15. Terinspirasi dari @yudayummi, saya perbanyak saja tilawah. Tak peduli mungkin temen2 memandang aneh. Hhehee. #UKS2011

16. Kenapa? Ya itu tadi, saya belajar dengan sekian banyak materi, makin bingung ngung!! Udah tilawah aja, mumpung Ramadan ini. #UKS2011

17. Satu hal yg saya pegang, bahwa saya mau melalui #UKS2011 tanpa kecurangan. Walaupun sejumlah teman merancang strategi tertentu.

18. Nyontek? Nggak, curangnya anak STAN mah jauh lebih canggih. #UKS2011

19. Maka saya teringat guyonan Ustaz Rasikh di Oasis jelang UAS. "Yg korupsi anak STAN, tapi yg nangkepin biasanya anak STAN juga." #UKS2011

20. Saya pikir sih betul juga. Tapi ya sudahlah, udah pada gede juga. Tahu yg mana baik mana buruk. #UKS2011

21. #UKS2011 pun berlangsung, dan saya adalah peserta UKS yg berkoar-koar atas ketidaksetujuan saya pada sebuah strategi.

22. Strategi #UKS2011 itu bernama 'catat dan hafal soal'. Karena menurut kebiasaan, UKS putaran kedua sama persis soalnya.

23. Saya tidak bersedia, karena itu berarti memberikan kesempatan bagi yg harus 2putaran untuk berleha-leha. #UKS2011

24. Walaupun sangat besar kemungkinan saya juga termasuk yg 2putaran #UKS2011-nya.

25. Biarlah saya menerima jika memang harus kalah di putaran pertama #UKS2011. Yang penting tidak menodai integritas.

26. Bersingkat dalam kisah, saya lulus #UKS2011 bahkan di putaran pertama! Lagi-lagi ingat senior saya @yudayummi. Hhehee....

Twips, masih ada kisah saya tentang #UKS2011. Nanti lanjut lagi ya...!! Udah dipanggil ke masjid tuh! :)


27. Sebuah anugerah yg sangat indah, saya bisa lulus #UKS2011 di putaran pertama dengan nyaris tanpa belajar di pekan ujian.

28. Masalah selanjutnya, saya ditagih jatah nyatet dan ngapalin soal #UKS2011 untuk dikompilasi, katanya persiapan putaran kedua.

29. Emang dasar saya orangnya ngeyel, dengan terang-terangan saya tidak suka dengan cara itu. #UKS2011

30. Miris memang, teman2 yg selama ini menurut saya fikrohnya sangat bagus, ee ikutan juga dengan alasan solidaritas. #UKS2011

31. Di antara yg ikut putaran kedua #UKS2011, ada teman liqo saya yg udah jauh lebih dulu kenal tarbiyah.

32. Saya berhusnuzhon, saya harap ia mengambil langkah sesuai yg saya wacanakan sebelumnya. Apalagi ia cenderung lebih pinter. #UKS2011

33. Ternyata eh ternyata, putaran kedua #UKS2011 disiapkan dengan menghapal soal dan jawaban.

34. Kemudian dengan antusiasnya mereka bercerita, bangga bisa keluar cepet banget di #UKS2011 putaran kedua.

35. Saya tertegun, apa mungkin justru saya terlalu ekstrim dengan hal ini? #UKS2011

36. Mungkin karena ilmu saya terlalu dangkal hingga bersikap terlalu ekstrim? #UKS2011

37. Perasaan itu muncul, karena kenal dan paham tarbiyah pun baru di Kampus STAN. Sementara mereka terhitung senior saya. #UKS2011

38. Mungkin ada fiqh tertentu yg membolehkan curang saat ujian yg menentukan kelulusan dari STAN? #UKS2011

39. Atau mungkin saya yg terlalu lancang menganggap perbuatan menghapal soal yg tidak dibagikan untuk dibahas... #UKS2011

...lalu dihapal jawabannya untuk #UKS2011 putaran kedua?


40. Tapi saya mikir lagi. Kan jelas2 soal #UKS2011 putaran pertama nggak boleh dibawa pulang? #UKS2011

41. Bagaimana mungkin mahasiswa yg (katanya) berintegritas, berupaya menghapal soal yg tidak diperkenankan dibawa itu? #UKS2011

42. Parahnya lagi, 'strategi' menghapal soal itu dikoordinasi langsung oleh 'para pimpinan mahasiswa'! #UKS2011

43. Saya ingat betul ada wanti2 khusus tentang penghapalan soal ini, "Jangan ketahuan sekre/pengawas ya...?" #UKS2011

44. Hellooo!! Kalo perbuatan ini legal dan sah, kenapa harus sembunyi2 dari Sekretariat STAN yg menaungi perkuliahan kita? #UKS2011

45. Hingga saat itu, sebetulnya saya masih ragu dengan sikap saya. Tapi bukan Dio Agung Purwanto jika mudah berubah sikap. #UKS2011

46. Oh iya, penghapalan soal #UKS2011 itu karena tren tahun2 sebelumnya, putaran kedua soalnya sama persis. Paling ditukar urutan.

47. Atas dasar itulah, 'strategi' itu disusun. #UKS2011

48. Waktu menghadapi putaran pertama, saya membayangkan akan dicemooh jika sampai tidak lolos putaran pertama #UKS2011.

49. Jujur, saya sangat mengkhawatirkan hal itu terjadi. Kalau sampai saya ikut #UKS2011 tahap kedua, sirnalah koaran saya itu.

50. Setelah hari terakhir #UKS2011 putaran pertama, saya pasrah sepasrah-pasrahnya. Menyiapkan wajah malu karena pernyataan saya.

51. "Kalau memang tindakan hamba ini benar, tunjukkanlah kepada mereka. Kalau salah, berikan petunjuk kepada hamba." #UKS2011

52. Janji itu genaplah sudah, saya lulus #UKS2011 di putaran pertama! Lanjut koar-koar lagiii! :)

53. Beberapa teman ada yg bilang setuju ke saya, tapi tentu tidak sefrontal yg saya lakukan. #UKS2011

54. Sedih saya melihat binar bahagia mereka yg berhasil mengumpulkan soal2 #UKS2011 dengan strategi yg mereka susun.

55. Lebih sedih lagi, mereka bangga sekali menceritakan keluar kelas ujian dengan segera. #UKS2011

56. Padahal saya banyak belajar tentang keikhlasan dan kejujuran dari mereka, tapi momen #UKS2011 sedikit banyak membuat saya kecewa.

57. Tapi di balik semua itu, saya bahagia pada akhirnya mereka lulus juga dari #UKS2011

58. Lebih bahagia lagi, sejarah UN SMA saya terulang lagi di #UKS2011. Karena saya bisa lulus tanpa curang atau membantu kecurangan.

59. Saya dianggap kaku? Biarlah! Ekstrimis? Biarlah! Nggak solider? Biarlah! Sok pinter? Biarlah! Belagu? Biarlah! #UKS2011

60. Toh urusan prinsipal (agama) saja "Lakum diinukum wa liyya diin". Apatah lagi hanya tentang #UKS2011

61. Yang terpenting bagi saya, bahwa saya memegang apa yg saya yakini kebenarannya. Tidak hanya menjadi follower ke mana-mana. #UKS2011

62. Perkara akan ada yg memusuhi saya karena #UKS2011, memangnya saya punya kuasa atas hati mereka? Cari teman yg lain lagi, beres!

63. Yang pasti saya bahagia, 787 Mahasiswa Akuntansi angkatan saya berhasil melalui #UKS2011 meskipun ada yg dua putaran.

64. Bahagia pula, ada cerita tentang #UKS2011 yg bisa saya tuturkan ke anak cucu saya kelak.

65. Oh iya! Kala itu saya juga dihadapkan pada sinisme terhadap sikap saya yg katanya 'sok idealis'. #UKS2011

66. Waktu itu secara spontan saya menjawab bahwa idealisme justru teruji di saat-saat ekstrim. #UKS2011

67. Benar atau tidak mengenai idealisme tadi? Setidaknya itu yg saya pahami. #UKS2011

68. Dan atas yg saya pahami itu, saya berusaha menggenggamnya kuat-kuat. Insan mencemooh apa, biarkan saja. #UKS2011

69. Buktinya sekarang, pergaulan saya di Kampus STAN tidak begitu terganggu. Masih banyak yg mau menerima pemikiran saya. #UKS2011

70. Dan saya tidak pernah menyesali sikap yg saya ambil di #UKS2011, bahkan saya bersyukur bisa melewatinya tetap pada pandangan saya.

71. Ada yg tidak setuju, itu wajar. Tapi menurut saya, inilah mula aplikasi atas integritas yg selama ini digembar-gemborkan. #UKS2011

72. Kalau 'hanya' karena #UKS2011 sudah tega berlaku curang, apalah lagi jika dihadapkan pada persoalan yg lebih serius dan berpeluang?

73. Satu yg saya petik juga dari #UKS2011. Bahwa saya ingin tetap tarbiyah, karena yg sudah lama pun tak ada jaminan, apalagi saya yg newby.

Sejauh itu saja yg bisa saya utarakan tentang #UKS2011. Semoga ada manfaatnya.

Maaf jika ada yg tersinggung terkait kicauan saya tentang #UKS2011, Alhamdulillah masih punya hati utk tersinggung.

Prahara Merah Jambu



Dino termenung di pojok kamar. Diktat kuliah masih tergenggam di tangan kirinya. Sementara tangan kanan menopang dagu dan bersandar ke lutut. Sesuatu yang aneh bagi Ardi, karena yang dia tahu sahabatnya yang satu itu selalu ceria.

Ingin mendekat dan menanyakan penyebab sahabatnya yang pernah menjuarai seleksi olimpiade cabang lempar lembing tingkat kabupaten itu bermuram durja, tetapi Ardi ragu. Ia tahu, dalam keadaan seperti ini, hanya Gusti yang bisa membuat Dino angkat suara menceritakan permasalahannya. Lekas Ardi beranjak dari dekat pintu kamar Dino ke kamar depan yang penghuninya dikenal sering menjadi tempat curhat bagi sahabat-sahabatnya satu rumah.

Gusti sedang menyelesaikan tadarus untuk memenuhi targetnya di hari kedelapan Ramadhan, setengah jam lagi waktu maghrib tiba. Ardi hanya berdiri mematung di depan pintu. Tidak perlu waktu lama, karena Gusti akan segera menyudahi tadarusnya, seperti biasa ia akan segera menghentikan aktivitasnya jika ada yang sedang menunggunya.

Sebuah anggukan kecil dari Gusti membawa Ardi melangkah masuk dan duduk di samping Gusti.

“Ada apa, Di?” Gusti memulai pembicaraan sambil membetulkan sarung.

“Si Dino tuh, Gus.” Ardi mengambil posisi duduk mengarah ke Gusti dengan mengerutkan dahi dan mengangkat kedua alisnya.

“Kenapa Dino? Ngerampas gebetan kamu lagi?” Gusti setengah meledek Ardi yang dulu sering kalah cepat dengan Dino yang mau tidak mau harus diakuinya lebih eye catching di mata teman-teman perempuan mereka.

Ardi menyeringai, “Bukan, kayaknya nggak ada hubungan ama cewek, deh.”

Gusti mengerling.

“Dino kayak lagi ada masalah beraaat banget. Dari tadi siang kerjanya ngelamun mulu! Coba deh kamu tanyain, jangan-jangan dia bener lagi ada masalah.” Jelas tak ada raut kecemburuan atau perasaan kalah saingan di wajah Ardi.

Gusti berdiri, meletakkan mushaf ke meja.

“Ah, paling baru putusan ama cewek.”

Ardi ikut berdiri di samping Gusti menghadap jendela di dekat meja, “Dino kan udah nggak pacaran lagi sejak dua bulan yang lalu?”

Gusti berbalik menghadap ke Ardi.

“Iya juga, ya?” Kali ini Gusti terlihat serius.

“Nah, makanya Gus. Coba kamu ajak ngomong dia. Jarang lho Dino kayak gini....”

Gusti mengangguk tanda setuju.

***

Mendung semakin pekat, Dino bergegas ingin meninggalkan kampus untuk pulang. Sore ini jadwal piketnya membersihkan rumah kontrakan bersama Eko.

“Hey, kamu Dino ya?”

Dino menoleh dan memutar tubuh ke arah suara yang memanggilnya.

“Ya, ada apa?” Senyum ramah khas Dino menampakkan suasana keakraban dengan lelaki yang sekarang berada di depannya itu, kira-kira dua tahun lebih tua daripada Dino.

“Kenalin, aku Peter. Anak Sastra Cina.” Lelaki itu mengulurkan tangan.

Gemuruh suara petir mulai terdengar, tetes demi tetes hujan mulai jatuh membasahi taman yang membuat warna coklat tanahnya lebih tua.

Dino menjabat tangan Peter.

“Dino, aku lihat nama kamu kemaren di Agency Pratama. Hardino Makmun Murodj, kan? Kamu model juga ya?” Peter berbicara dengan mata berbinar dan penuh semangat.

“Oh, itu. Iya, saya pernah di sana. Tapi sekarang udah nggak lagi.” Dino menjawab dengan hati-hati.

“Kenapa?” Peter lebih mendekat kepada Dino.

“Itu dulu waktu SMA. Sejak kuliah saya udah nggak lagi, lebih asyik di organisasi kampus.” Tanpa perlu ditanya, sebenarnya Dino ingin cepat-cepat beranjak dari sana.

“Oo, gitu? Yaah, nggak jadi deh ngajakin kamu bareng ke kontes besok.”

Gelegar suara guntur terdengar lagi, rinai hujan semakin besar.

“Kontes? Oh, maaf. Besok kebetulan saya juga ada acara. Ini juga udah ditunggu temen. Saya duluan ya...! Keburu deras hujannya.”

Dino berbalik hendak berlari.

“Eh, Dino tunggu!”

Langkah Dino mendadak terhenti, ia menoleh.

“Ee, maaf. Saya harus buru-buru pergi.” Dikibaskannya tangan Peter, lalu ia berlalu.

Dari kejauhan, Peter tetap berdiri di bawah hujan yang semakin deras, memandang Dino hingga ia naik ke angkot
berwarna merah.

***

“Jadi kamu digodain banci lagi? Hhahaa...!!”

“Gusti, ini serius! Serem ah!” Dino bersungut.

Gusti masih terus menahan tawanya supaya tidak meledak.

“Iiih, tuh kan? Makanya aku nggak mau cerita tadi. Kamu pasti ketawa lagi.” Kepalan tinju Dino mendarat di bahu Ardi. Agak keras memang, tapi tidak membuat Ardi cukup merasa kesakitan.

Dino terlihat geram mendapati sahabatnya terpingkal-pingkal mendengarkan ceritanya.

“Iya, iya, maaf. Lucu aja, kamu tuh ya, cakep-cakep jadi bahan godaan banci.” Gusti kembali tertawa, menampakkan deretan gigi putih bersih yang diperiksakannya enam bulan sekali ke dokter gigi.

Dino masih diam, bibirnya terkatup rapat.

“Ya udah, terus gimana? Emang tadi kamu lagi ngapain bisa ketemu banci?” Gusti mulai menunjukkan tampang serius, meskipun ia belum bisa menghapus ekspresi geli atas kasus Dino ini.

Dino memperbaiki posisi duduknya, menghadap Gusti.

“Tadi aku kan lagi di potokopian Pak Raden, trus ada banci pengamen lewat. Ee...daguku dicolek. Main mata lagi tuh banci! Padahal aku udah pura-pura nggak liat. Serem, ah!” Dino kegelian sendiri.

“Hahahaa...! Gitu aja koq repot? Dicolek aja balik!” Gusti sedikit menghindari kalau-kalau ada pukulan lagi mendarat ke bahunya.

“Dicolek balik nenek lu! Enak aja....” Dino terus bersungut.

“Hehe... ya udah, toh cuma pengamen doank. Dia kan nggak kenal kamu?”

Sebuah pukulan mendarat lagi di pundak Gusti. Gusti berusaha menghindar, lagi-lagi sambil terpingkal-pingkal.

“Mmm. Tapi bukan itu aja masalahnya....” Suara Dino terdengar berat.

Sejurus kemudian tawa Gusti berhenti. Ia menangkap ada masalah yang lebih serius menggelayuti wajah sahabatnya itu.

“Ada apa emangnya?”

Dino tidak menjawab, terdiam. Ia masih ragu untuk menceritakan semuanya kepada Gusti. Tetapi kalau bukan sekarang, kapan lagi?

“Hey! Ada masalah apakah gerangan, Hardino Makmun Murooodj??” Gusti membuyarkan lamunan Dino.

Dino tetap tidak menjawab, ia beranjak menuju lemari pakaian, mengambil sesuatu dari lacinya lalu menyerahkannya ke pangkuan Gusti.

Tanpa dikomando, Gusti langsung mengambil selembar kertas di antara tumpukan kertas warna-warni yang diberikan Dino. Sejenak ia mengernyutkan dahi, membolak-balik kertas-kertas itu, membacanya dengan seksama. Lalu tiba-tiba

Gusti tergelak, suaranya memenuhi setiap sudut ruangan.

Apa pasal? Tampaknya kertas-kertas itu memuat lelucon yang sangat lucu hingga seorang Rahardian Gusti Prambudeans terpingkal-pingkal sedemikian rupa. Sementara di hadapannya, Hardino Makmun Murodj makin merengut dan menunjukkan wajah kesal terhadap sahabat yang sudah dikenalnya sejak SMA itu.

Gusti menyadari bahwa sahabatnya itu kurang berkenan dengan sikapnya menertawai surat-surat itu. Surat? Ya, surat-surat cinta dari seseorang yang sudah tidak asing bagi keduanya. Gusti menghentikan tawanya, mulai memasang wajah serius.

“Kamu dapet surat ini dari mana?” Gusti memulai pembicaraan serius.

“Ya dari dia lah!” Dino masih berwajah muram.

“Iya, maksud aku gimana caranya surat-surat ini bisa nyampe ke kamu? Nggak mungkin kamu terima langsung dari dia berulang kali, kan?” Gusti memandangi wajah sahabat lamanya itu penuh iba. Benar sekali, untuk hal ini Gusti harus menaruh rasa iba yang mendalam.

Dino diam.

“Dino...?” Gusti mencubit pundak Dino.

Dino menengadahkan kepalanya, berhadapan langsung dengan sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri itu.

***

Brakk!! Pintu terbuka dengan sangat keras.

Gusti yang sedang menyiapkan slide presentasi tentang kepribadian untuk kuliah terakhir besok sebelum libur menjelang Idul Fitri langsung melompat, memasang kuda-kuda. Setelah yakin bahwa yang datang adalah Ardi, Gusti menarik napas lega. Diliriknya jam dinding, dua jam sejak mereka pulang tarawih dari masjid.

“Ada apa sih, Di?” Gusti penasaran.

Napas memburu Ardi menyiratkan sesuatu yang cukup serius dan membuatnya begitu panik.

“Mmm...Dino, Di...Dino.” Sangat jarang terjadi. MC andal semacam Ardiens Solzxumangiaque, entah dari mana orangtuanya menemukan nama semacam itu, bisa terbata-bata seperti itu.

“Dino kenapa, Di?!” Gusti ikut panik.

“Gusti, Dino Gus....” Ardi masih terus mengatur napas.

“Iya, Dino kenapa??!”

***

“Kamu tahu Warung Bu Nani kan?” Pertanyaan lirih meluncur dari bibir merah Dino.

Gusti mengangguk.

“Bu Nani yang selalu memanggilku dan memberikan surat-surat ini,” ia menghela napas dalam-dalam, “atas permintaan Peter.”

“Lho, emang Bu Nani ikut-ikutan ngejodohin kamu ama Peter, gitu?”

“Kayaknya Bu Nani nggak tahu. Kamu liat aja gayanya Peter, cowok banget kan? Mana ada orang nyangka dia berbuat kayak gini?” Kekesalan Dino semakin menjadi.

Dino terdiam sesaat, ia menyambar tissue di atas meja. Ternyata matanya basah. Permasalahan yang serius, memang.

Gusti masih menunggu lanjutan presentasi dari Dino, model majalah remaja waktu SMA dulu.

“Mungkin Bu Nani taunya itu surat dari adiknya Peter, Sofie. Makanya Bu Nani semangat banget ngasih surat-surat ini ke aku. Dari dulu kan Bu Nani seneng banget jodoh-jodohin orang.” Mata Dino makin berair, Gusti paham bahwa ini benar-benar membuat Dino stress.

Diam. Gusti juga bingung mau berkata apa. Selama ini dia sering merasa iri kepada sahabatnya yang satu ini. Tampang keren Dino sudah sangat memikat banyak orang tanpa perlu ekspos berlebih. Tapi mendapati sahabatnya ini yang sering digoda banci, hampir dijebak seorang teman perempuan, hingga saat ini nyata-nyata menjadi gebetan teman sesama lelaki, dalam hati Gusti bersyukur diberi karunia tampang pas-pasan meskipun tidak jelek juga.

***

“Ardi. Dino kenapa???!!” Gusti mencengkeram bahu Ardi meminta penjelasan.

“Di...Dino berantem ama Peter!”

“Masya Allah. Di mana mereka sekarang??”

“Merak.” Gusti langsung menangkap maksud Ardi. Merak adalah nama warnet di dekat rumah kontrakan Peter dan Sofie, mereka menyewa rumah dengan dua kamar yang cukup besar.

“Oke, kita ke sana sekarang!” Gusti langsung menyambar jaket hijau tua, sama persis dengan yang dimiliki Dino. Jaket hadiah dari Dino saat ia mendapatkan beasiswa pertamanya.

Gusti menyalakan Supra X merahnya, sementara Ardi menyampaikan berita tentang Dino kepada Amin dan Eko di kamarnya masing-masing. Sejurus kemudian, mereka berdua meluncur diiringi banyak pesan bernada khawatir dari Amin dan Eko.

Hanya perlu enam menit untuk tiba di lokasi yang dimaksudkan Ardi. Benar saja, ramai orang berkerumun menyaksikan apa yang terjadi.

Dengan bersusah-payah, Gusti dan Ardi menembus keramaian itu. Dalam hati keduanya mengumpat, sungguh orang-orang di sekitar sini tampak seperti tak punya akal. Orang berkelahi bukannya dilerai, malah ditonton bak sedang menyabung ayam. Apatah lagi ini bulan Ramadhan. Masa iya tidak ada yang berusaha menghentikan pemandangan memalukan ini?

Memalukan, memang. Dua orang mahasiswa senior berkelahi di muka umum, bergulat layaknya bocah ingusan yang berebut mainan.

Tanpa ba bi bu, Gusti menarik Dino yang masih terus berusaha melancarkan pukulan bertubi-tubi kepada Peter. Sebuah tamparan keras mendarat di wajah putih Dino yang berlumuran luka. Emosi yang meledak-ledak membuat Dino berusaha membalas. Namun demi melihat wajah orang yang menamparnya tadi, Dino terkesiap. Ia mundur beberapa langkah, memecah kerumunan di sekitar mereka. Lalu wajah beringasnya berubah, melunak, dan mata itu mulai berkaca-kaca.

Gusti memberikan isyarat kepada Ardi untuk mengurus Peter yang terluka jauh lebih parah. Pantas memang, sepertinya tadi Peter hampir tidak memberikan perlawanan. Malah Gusti sempat menangkap semburat senyum dari wajah Peter ketika menerima pukulan bertubi-tubi dari Dino.

Gusti mendekati Dino, lalu mendekap sahabatnya itu. Tanpa diminta, Dino menceritakan secara singkat kejadian yang ia alami malam ini. Kerumunan yang tadi ramai, sudah membubarkan diri tanpa dikomando.

“Astaghfirullah... sunguh banyak penyakit akhir zaman. Sabar, Akhiy....” Gusti bertutur lembut kepada Dino yang sudah berada di posisi membonceng Supra X merah, bersiap meninggalkan lokasi. Gusti menjadi paham, mengapa Dino demikian beringasnya seolah ingin melenyapkan Peter dari muka bumi. Dalam hati Gusti membenarkan tindakan Dino. Ia pun mendapatkan jawaban atas keheranannya kepada Peter yang tadi nyaris tidak tertutup auratnya.

Tidak begitu jauh, Sofie datang tergopoh mendapati abangnya yang terluka parah. Segera ia selimutkan jaket kepada bagian tubuh abangnya yang tidak pantas terbuka.

Ardi mulai mengangkat tubuh Peter yang terkulai. Namun semburat senyum Peter itu tetap tertuju kepada Dino. Sebuah kalimat tidak senonoh meluncur dari bibir Peter yang sudah pecah itu, jelas sekali terdengar oleh Dino yang belum meninggalkan tempat itu.

Lalu kejadiannya demikian cepat.

“Dino jangan!!!” Gusti tak sanggup menahan tubuh sahabatnya yang melesat kencang.

Dalam sekejap, sebuah batu sekepalan tangan meluncur deras sekencang peluru, menghantam bibir Peter dan hidung mancungnya. Cairan merah itu memancar deras ke jilbab lebar Sofie. Jeritan panjang memecah malam kedelapan belas di bulan Ramadhan.

Diselesaikan di Jurangmangu, 9 Ramadhan 1432.
(Ditolak redaksi Majalah Annida Online dengan alasan ceritanya datar dan terlalu banyak dialog)
Sumber gambar: http://kutaksempurna.blogspot.com/2009/01/bukan-gadis-merah-jambu.html