Senin, 28 November 2011

Tentang Psy Trap, Bukti Tipikal Sebagian Mahasiswa STAN Doyan Rumpi

Proses Kreatif
Sumber gambar: majalah.hidayatullah.com/?p=690

Beberapa waktu lalu, saya sempat ‘menelurkan’ sebuah tulisan ringan dengan judul “Psy Trap, Modus Mengesalkan Ala Sebagian Mahasiswa STAN”. Tulisan ringan ini saya tulis sepekan menjelang teman-teman Mahasiswa DIII Reguler menjalani UTS kali ini, lalu saya publikasikan melalui note di facebook dan melalui dua blog saya. Motivasinya sederhana, saya ingin mengasah keterampilan saya dalam menulis. Secara kebetulan, saat itu saya baru saja membahas hal yang sama bersama teman saya di twitter. Saya melihat ada celah untuk menyampaikan amanat melalui tulisan bertema ringan ini, yakni arti penting sebuah kejujuran dan bersikap fair, maka mulailah tuts keyboard laptop saya mainkan.

Semula saya ingin menggunakan istilah psy war yang sudah lebih umum digunakan. Tapi setelah saya telaah, yang namanya war  alias perang kan ada hubungan timbal balik? Sementara yang ingin saya bahas ini perilaku satu arah. Maka dari itu, muncullah istilah yang saya ‘lahirkan’ sendiri: psy trap. Demi kehati-hatian, judulnya pun saya pilih dengan kata ‘sebagian’, karena memang tidak bisa digeneralisasi. Saya tidak pernah menyangka, apalagi berharap, tulisan saya yang satu ini menjadi buah bibir.

Penyebaran

Sepekan kemudian, saya mendapatkan sms dari seorang teman bahwa tulisan saya yang satu ini mulai ramai diperbincangkan. Alhamdulillah, berarti akan banyak yang mengambil pelajaran dari tulisan saya ini. Beberapa orang bahkan menyatakan langsung kepada saya bahwa tulisan saya tentang psy trap cukup menghibur, saya tanggapi dengan senyuman.

Akan tetapi, di pekan pertama UTS bagi Mahasiswa DIII Reguler STAN, blog saya mulai banyak dikunjungi. Beberapa orang meninggalkan komentar. Dari sinilah, saya mulai merasa aneh dengan komentar mereka. Ada yang sekadar minta ijin share, tapi sayangnya ada pula yang sampai mencaci-maki dengan hebohnya. Sebetulnya saya sempat berniat menjawab langsung komentar mereka, tapi saya pikir tak ada gunanya meladeni orang yang sedang dikuasai amarah, maka saya hanya berkomentar seperlunya saja.

Suatu hal yang tak pernah saya sangka, tulisan saya yang satu ini menjadi buah bibir. Padahal masih banyak judul lain di blog saya, yang mungkin lebih menarik untuk didiskusikan. Sayangnya, topik-topik itu mungkin kurang stunning untuk menjadi bahan ngerumpi.

Sudah Tradisi

Menyaksikan fenomena ini, ingatan saya kembali ke pengalaman selama tiga tahun sebagai Mahasiswa STAN. Ternyata, kehebohan semacam ini bukan baru sekali ini terjadi. Ada beberapa momen yang sukses memancing komentar yang tidak sedikit, sayangnya komentar itu kebanyakan tidak bermutu. Ah, mungkin ada mutunya, KW sekian.

Saya masih ingat ketika saya masih tingkat satu, isu pertama yang saya dapati adalah tentang sikap paranoid terhadap dua huruf: DO. Lucunya saat itu beredar kabar bahwa penggunaan logo STAN sembarangan berakibat fatal hingga menyebabkan DO. Maka pembuatan kaus seragam kelas kami pun urung menggunakan logo STAN.

Saat saya menjadi Koordinator Pusat STAN Fest 2011, berbagai isu mengenai rangkaian acara itu menggema menjadi topik hangat yang memancing berbagai komentar. Entah itu niat berkomentar memberikan tanggapan atau sekadar ingin eksis namanya. Entah itu mengerti duduk permasalahannya atau hanya ikut-ikutan belaka. Yang penting, comment!!

Saat angkatan saya sibuk mempersiapkan KTTA pun, hal serupa pernah terjadi. Pengumuman belum ada, sudah banyak yang sok tahu ini-itu. Anehnya, ditanggapi banyak orang! Sudah jelas ketentuan penyusunan KTTA poin demi poin, masih saja ada yang mempertanyakan hal yang sudah jelas. Lucunya, ditanggapi banyak orang!
Ada momen-momen lain, termasuk bahkan Wisuda 2011 silam. Ramai sekali orang yang memperbincangkan hal-hal yang tidak ada esensinya tentang wisuda. Sedikit gosip saja mudah menyebar, membuat panitia pun bingung menyimak ‘diskusi’ (lebih tepatnya aktvitas ngerumpi) para calon wisudawan. Bahkan seusai wisuda pun, mulai muncul gosip-gosip pemberkasan. Dan seringkali perbincangan ngelantur  ke mana-mana tanpa arah.

Sebagian Doyan Rumpi

Saya berharap judul tulisan saya kali ini diperhatikan dengan baik, bahwa saya tidak menggeneralisasi Mahasiswa STAN. Saya hanya mendapati bahwa fenomena yang terjadi berulang-ulang ini mengantarkan saya pada satu kesimpulan bahwa tipikal sebagian mahasiswa STAN adalah doyan ngerumpi. Apapun isunya, kalau menarik untuk dicaci-maki dan dikomentari, maka akan menyebar dengan cepat sekali.

Sebenarnya ini sebuah hal yang potensial, bahwa Mahasiswa STAN banyak yang asertif dan berani menyampaikan pendapatnya. Akan tetapi, wadah yang ada justru tidak dimanfaatkan dengan baik. Ada event pertemuan mahasiswa dan lembaga dalam satu forum, yang datang tidak seberapa. Ada rekruitmen PKAKP, yang mengajukan diri tak seberapa. Ada Media Center dengan Civitas-nya, yang mengajukan tulisan tak begitu banyak. Atau minimal ada koneksi internet yang memadai dan blog gratis di sana-sini, malas sekali membundel ide-idenya dalam bentuk tulisan yang disampaikan ke khalayak. Sebagian Mahasiswa STAN lebih suka ngerumpi, menilai negatif pendapat orang tanpa mau memberikan solusi.

Terkait tulisan saya tentang psy trap, saya sangat menyayangkan sikap sebagian mahasiswa yang malah sibuk ngerumpi. Bukan pesan yang saya sampaikan dalam tulisan itu yang dicamkan dalam hati, malah modus-modus yang saya sampaikan yang lebih digemari. Sebenarnya mereka sendiri yang rugi, sementara saya terus mengambil manfaat untuk berlatih menulis dan menulis, serta menyampaikan pesan-pesan dan pemikiran saya melalui tulisan-tulisan saya. Semoga tipikal itu segera berubah, karena saya juga pernah menjadi bagian Mahasiswa STAN.

Jurangmangu, 28 Nopember 2011
Selamat menjalani penghujung UTS kali ini, semoga mahasiswa muslim berkah dalam ridho Allah.

Tidak ada komentar: