Minggu, 30 Oktober 2016

Kutu Piatu

Larut kucandai kutu di sudut kamar
Mencari kucing untuk bersinggah, katanya
Ia berkisah tentang induknya yang malang
ciut di atas kasur yang kemarin kujemur
Mungkin waktunya tinggal sehari-dua
Ribuan tasbih bisa membahana, katanya
Lidahku pun bungkam

Bintaro, 30 Oktober 2016

Kamis, 20 Oktober 2016

Canopus di Langit Jayakarta

T'lah lama kudendam cahaya paling sayu
Terkubur dalam impian, karena mega abadi menjelma
Jubah malam pun tak kuasa meredam titah sang mega
Timur, Tenggara, Barat Laut, Utara
Jingga merona tanpa kenal purnama

Lama sudah kudamba menghadap angkasa
Di jantung savana yang menggigil dalam pekat
Apa dayaku, terpasung gedung-gedung ibukota

Tiba-tiba malam ini dendam itu berteriak!
Membahana mataku dalam gempitanya kesiap
Kutatap lekat ia bersemu, merona malu-malu
Canopus-ku telah menemukan jalannya

Tapi bukankah cahaya sayu itu keemasan?
Apa itu merah berkedip di dekatnya?
Ah sudahlah, aku masuk saja
Setidaknya telah kupandang canopus paling indah
yang teramat kudendam di langit Jayakarta

Bintaro, 20 Oktober 2016

Minggu, 16 Oktober 2016

Durja Bentara

Menganga sudah kisah bentara
yang inginkan putri raja
Elok perangai, menawan rupa
tak satu pun cela merenda

Bentara hanyut terkubur durja
Telah mutlak sabda sang raja
: ini putri ingsun tunggal adanya
pangeran seberang tentu jodohnya

Muara bertunas di mata bentara
Remuk redam segala lema
Bangkit ia merajut asa
tekad membulat hanguskan durja

Negeri berguncang dalam pesta
Semua bahagia untuk putri raja
Saguer tertuang dari tangan bentara
Sadd pun terhidang untuk sang raja

Riuh ramai seantero istana
Raja ambruk tiada terduga
Apa dinyana tabib pun tak kuasa
Pora terhenti berganti duka

(Bintaro, 16 Oktober 2016)