Sabtu, 09 September 2017

IT, Ketulusan Berteman

Bagaimana rasanya kehilangan seorang adik kecil secara misterius padahal baru beberapa menit sebelumnya ia berpamitan untuk bermain di luar? Perasaan bersalah atas kepergian Georgie membuat Bill terus berusaha mencari tahu apa yang tersembunyi di Derry, kota kecil tempat tinggal mereka. Bersama sahabat-sahabatnya yang sering dianggap pecundang karena berbagai keunikan mereka, Bill yang cenderung berbicara gagap berusaha menelusuri kemungkinan-kemungkinan atas tingginya angka kehilangan orang di kota mereka. Richard, Eddie, dan Stanley menjadi sahabat yang mendukung Bill dalam penelusurannya. Seiring berjalannya waktu, bergabung pula Mike, Beverly yang satu-satunya perempuan, serta Ben yang terlibat cinta segitiga ala remaja bersama Beverly dan Bill.

Misteri kota Derry menghantui Bill dan kawan-kawan. Masing-masing mengalami kejadian seram dan mengejutkan yang berujung pada satu sosok yang sama, seorang badut. Bukan sembarang badut, melainkan monster badut yang siap mencelakai siapapun yang dia inginkan. Bertujuh, para remaja tanggung itu menguak misteri tentang si badut.

Sebuah film menegangkan yang dikomandoi secara apik oleh sutradara Andres Muchietti. Akting memukau dan terasa amat natural dari Jaiden Lieberher dan kawan-kawan bahkan mampu menyaingi para pemeran dewasa. Music scoring, penataan cahaya, perekaman gambar dan suara, serta grading warna tertata dengan baik. Produksi New Line Cinema yang didistribusikan Warner Bros Pictures ini tidak terjebak pada kisah horor yang melulu berbau eksorsis. Dengan demikian, saya yakin memberikan nilai 9,3 dari 10 untuk film yang diangkat dari novel karya Stephen King ini.

Jadi, sudah siap membersamai Bill Denbrough dan teman-temannya bertemu Pennywise the Dancing Clown?
.
Dio Agung Purwanto
Jakarta, 8 September 2017

Senin, 04 September 2017

DSC, Sebuah Perjalanan

Tahun lalu, Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP The Movie) menjadi salah satu pembuka film islami bernilai universal sepanjang tahun. Sempat menduduki posisi teratas di awal tahun sebagai film Indonesia ber-budget rendah yang paling banyak diminati, KMGP The Movie bahkan masih terus diputar di berbagai bioskop Nusantara dalam berbagai acara nonton bareng atas permintaan masyarakat berbulan-bulan setelah penayangan regulernya disudahi. Antusiasme ini tak lepas dari kisah yang menjadi sumber inspirasi film ini.



Diangkat dari kisah yang ditulis produsernya sendiri pada tahun 1992, digarap dengan gaya kekinian bersama tangan-tangan lihai kumpulan para pemenang Piala Citra, dikomandoi oleh sutradara yang terlibat langsung dalam produksi sejumlah film berpenghasilan tinggi karya anak bangsa. Pemeran utamanya adalah pemuda-pemudi berbakat yang sangat terang komitmennya dalam kebaikan. Didukung pula oleh sejumlah nama beken yang bersedia menjadi cameos.

Meskipun tidak banyak menggelontorkan biaya promosi, yang tentunya tak banyak terlihat iklannya di media massa, orang-orang yang terlibat dalam film ini tergolong berani dan sangat peduli. Setengah miliar rupiah hasil film ini disumbangkan untuk pendidikan anak-anak di bagian Timur Indonesia, setengah miliar lagi diinfakkan untuk anak-anak Palestina. Semangat berbagi ini menular ke sejumlah penontonnya yang merasakan bahwa film ini luar biasa dan layak diapresiasi, lalu muncullah gerakan 'sedekah tiket'. Para penonton bahu-membahu mengajak sebanyak mungkin komunitas remaja, anak-anak yatim di panti asuhan, serta kaum dhuafa untuk menyaksikan film ini langsung di bioskop. Sebuah hadiah yang sangat berkesan bagi mereka yang, mungkin, bahkan belum pernah menginjakkan kaki di karpet tebal lobi bioskop.

Namun, ada yang belum selesai pada KMGP The Movie. Para penonton masih dibuat penasaran dan tak sabar ingin menyaksikan kisah Gagah, Gita, Nadia, dan Yudi. Setahun lebih penantian pada KMGP The Movie 2, tentu kreatornya tidak hanya tinggal diam. Kesungguhan upaya menghadirkan film yang tidak biasa-biasa saja, terlebih menghadapi stigma sebagian masyarakat bahwa film Indonesia sudah pasti jelek, membuat sineas yang terlibat harus mengerahkan upaya lebih keras dan memakan waktu lama. Apalagi produser film ini dikenal sangat teguh mempertahankan hal-hal prinsipal dalam karyanya. Perhatikan saja tokoh Gagah dan Gita yang merupakan adik kakak yang sangat akrab, pemerannya yang bukan mahram sama sekali tidak bersentuhan. Menarik bukan? Tak banyak penggerak film seperti ini.

Purnama berganti, KMGP The Movie 2 semakin mendekati nyata untuk dinikmati. Dalam masa yang cukup panjang menuju KMGP The Movie 2 itu, tercetuslah sebuah judul yang diharapkan mampu memberikan warna yang lebih baru. Duka Sedalam Cinta dipilih sebagai judul besar KMGP The Movie 2. Pada gilirannya, frasa ini juga disajikan dalam bentuk buku kumpulan puisi sang produser yang juga merupakan sastrawan kenamaan Indonesia.

Perjuangan panjang menghasilkan tontonan berkualitas bagi keluarga-keluarga Indonesia, dan siapapun yang familiar dengan bahasa Indonesia, pada akhirnya mendapatkan kepastian. Setelah lika-liku proses yang melelahkan dan 'me-lillah-kan', 19 Oktober 2017 akan menjadi tanggal perdana penayangan buah karya para pendakwah budaya ini. Kini giliran kita, para penonton, yang seyogianya mengapresiasi sebaik-baiknya. Caranya? Mari kita siapkan dana untuk menyaksikan di bioskop sejak hari pertama, mengajak sebanyak mungkin orang, dan berulang-ulang. Dengan demikian akan terlihatlah bahwa selera masyarakat negeri ini adalah film bernilai kebaikan. Lalu para sineas akan berlomba-lomba membuat film bertema kebaikan, alih-alih horor yang mengarah kepada kemusyrikan atau adegan-adegan syur yang mendorong kemaksiatan. Pada gilirannya nanti kita akan menghadiahkan generasi penerus bangsa ini sebuah kebanggaan atas film-film Indonesia dengan pesan moral yang baik dan digarap dengan baik pula.

Jayalah perfilman Indonesia!

Link lengkap trailer: bit.ly/DSC19Oktober2017

Dio Agung Purwanto
Jakarta, 4 September 2017

DSC Hadir Oktober 2017

Sebuah film yang ditunggu-tunggu, akhirnya akan tayang Oktober 2017 ini. Trailer-nya aja udah sekeren ini.

Duka Sedalam Cinta The Movie sebuah film dari produser Helvy Tiana Rosa yang disutradarai Firman Syah, akan diwarnai keindahan alam Halmahera Selatan yang sangat apik. Diperankan oleh bintang-bintang muda berbakat Izzah Ajrina, Hamas Syahid, Masaji Wijayanto, dan Aquino Umar. Didukung dengan peran Wulan Guritno, Mathias Muchus, Cholidi Asadil Alam, Salim A Fillah, Ali Syakieb, Asma Nadia, Chikita Fawzi, dan segenap nama beken lainnya.

Yuk, siapkan dana untuk tiket nonton berkali-kali dan mengajak teman-teman!

https://youtu.be/JJD83-R0fBE