Senin, 04 September 2017

DSC, Sebuah Perjalanan

Tahun lalu, Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP The Movie) menjadi salah satu pembuka film islami bernilai universal sepanjang tahun. Sempat menduduki posisi teratas di awal tahun sebagai film Indonesia ber-budget rendah yang paling banyak diminati, KMGP The Movie bahkan masih terus diputar di berbagai bioskop Nusantara dalam berbagai acara nonton bareng atas permintaan masyarakat berbulan-bulan setelah penayangan regulernya disudahi. Antusiasme ini tak lepas dari kisah yang menjadi sumber inspirasi film ini.



Diangkat dari kisah yang ditulis produsernya sendiri pada tahun 1992, digarap dengan gaya kekinian bersama tangan-tangan lihai kumpulan para pemenang Piala Citra, dikomandoi oleh sutradara yang terlibat langsung dalam produksi sejumlah film berpenghasilan tinggi karya anak bangsa. Pemeran utamanya adalah pemuda-pemudi berbakat yang sangat terang komitmennya dalam kebaikan. Didukung pula oleh sejumlah nama beken yang bersedia menjadi cameos.

Meskipun tidak banyak menggelontorkan biaya promosi, yang tentunya tak banyak terlihat iklannya di media massa, orang-orang yang terlibat dalam film ini tergolong berani dan sangat peduli. Setengah miliar rupiah hasil film ini disumbangkan untuk pendidikan anak-anak di bagian Timur Indonesia, setengah miliar lagi diinfakkan untuk anak-anak Palestina. Semangat berbagi ini menular ke sejumlah penontonnya yang merasakan bahwa film ini luar biasa dan layak diapresiasi, lalu muncullah gerakan 'sedekah tiket'. Para penonton bahu-membahu mengajak sebanyak mungkin komunitas remaja, anak-anak yatim di panti asuhan, serta kaum dhuafa untuk menyaksikan film ini langsung di bioskop. Sebuah hadiah yang sangat berkesan bagi mereka yang, mungkin, bahkan belum pernah menginjakkan kaki di karpet tebal lobi bioskop.

Namun, ada yang belum selesai pada KMGP The Movie. Para penonton masih dibuat penasaran dan tak sabar ingin menyaksikan kisah Gagah, Gita, Nadia, dan Yudi. Setahun lebih penantian pada KMGP The Movie 2, tentu kreatornya tidak hanya tinggal diam. Kesungguhan upaya menghadirkan film yang tidak biasa-biasa saja, terlebih menghadapi stigma sebagian masyarakat bahwa film Indonesia sudah pasti jelek, membuat sineas yang terlibat harus mengerahkan upaya lebih keras dan memakan waktu lama. Apalagi produser film ini dikenal sangat teguh mempertahankan hal-hal prinsipal dalam karyanya. Perhatikan saja tokoh Gagah dan Gita yang merupakan adik kakak yang sangat akrab, pemerannya yang bukan mahram sama sekali tidak bersentuhan. Menarik bukan? Tak banyak penggerak film seperti ini.

Purnama berganti, KMGP The Movie 2 semakin mendekati nyata untuk dinikmati. Dalam masa yang cukup panjang menuju KMGP The Movie 2 itu, tercetuslah sebuah judul yang diharapkan mampu memberikan warna yang lebih baru. Duka Sedalam Cinta dipilih sebagai judul besar KMGP The Movie 2. Pada gilirannya, frasa ini juga disajikan dalam bentuk buku kumpulan puisi sang produser yang juga merupakan sastrawan kenamaan Indonesia.

Perjuangan panjang menghasilkan tontonan berkualitas bagi keluarga-keluarga Indonesia, dan siapapun yang familiar dengan bahasa Indonesia, pada akhirnya mendapatkan kepastian. Setelah lika-liku proses yang melelahkan dan 'me-lillah-kan', 19 Oktober 2017 akan menjadi tanggal perdana penayangan buah karya para pendakwah budaya ini. Kini giliran kita, para penonton, yang seyogianya mengapresiasi sebaik-baiknya. Caranya? Mari kita siapkan dana untuk menyaksikan di bioskop sejak hari pertama, mengajak sebanyak mungkin orang, dan berulang-ulang. Dengan demikian akan terlihatlah bahwa selera masyarakat negeri ini adalah film bernilai kebaikan. Lalu para sineas akan berlomba-lomba membuat film bertema kebaikan, alih-alih horor yang mengarah kepada kemusyrikan atau adegan-adegan syur yang mendorong kemaksiatan. Pada gilirannya nanti kita akan menghadiahkan generasi penerus bangsa ini sebuah kebanggaan atas film-film Indonesia dengan pesan moral yang baik dan digarap dengan baik pula.

Jayalah perfilman Indonesia!

Link lengkap trailer: bit.ly/DSC19Oktober2017

Dio Agung Purwanto
Jakarta, 4 September 2017

Tidak ada komentar: