Minggu, 22 Agustus 2010

Si Ikal

Imam sudah menucapkan salam, tiba-tiba si ikal datang. Ia baru saja bermain dengan teman-temannya, peluhnya masih membanjir. Ikal bukannya mengeluh capek, malah ia memulai sebuah gerakan. Tangannya diangkat, lalu bersedekap. Si ikal sholat!!

Polos nian ekspresinya, membuat gemas siapa pun melihatnya. Lalu si ikal merunduk ruku', i'tidal, dan seterusnya. Ia menyelesaikan empat rakaat, meskipun hanya gerakannya. Ya, hanya gerakannya. Sungguh sebuah pencapaian luar biasa untuk ukuran anak sekecil si ikal...!!

Lalu terpekur di dalam hati ini, sungguh si ikal menyindir diri. Di tengah asyiknya bermain, ia masih ingat sholat. Ingat Tuhan-nya! Lalu saya? Ah, entahlah. Sudah tak terhitung berapa banyaknya diri ini melalaikan panggilan azan hanya karena masih rapat. Kadang juga mengulur-ulur waktu untuk sholat karena urusan lainnya. Bahkan sudah sholat pun, terkadang lupa sudah rakaat keberapa. Sementara si ikal, gerakannya sempurna, penuh detailnya.

Ah, malu juga kalau diingat-ingat. Semoga saja si ikal cepat besar. Dan setelah dewasa ia akan mengerti, bahwa menjadi anak kecil polos seperti dirinya jauh lebih bermakna, daripada manusia-manusia dewasa yang lebih sering lupa kepada-Nya....


Ruang Nusantara Sekretariat BEM STAN, 21 Agustus 2010, 16.03 WIB