Jumat, 25 November 2011

Echi dan Om Penculik

Echi kelas dua, cantik dan energik. Selalu berjilbab dan berpakaian rapi, mirip sekali ummi-nya. Echi pandai menari, tari yang paling ia suka Tari Saman. Echi paling tidak suka kalau disuruh menarikan tari Bali, apalagi Jaipongan. Echi juga suka main lompat tali.

Hari ini hari sabtu, sekolah Echi libur. Seperti biasa, Echi membantu ummi membersihkan rumah. Echi kebagian ruang tamu dan kamar tidurnya. Kakaknya, Edi, kebagian membersihkan kamar mandi dan dapur.

Selesai membersihkan ruang tamu dan kamarnya, Echi merasa letih sekali. Tapi ia senang, bisa membantu ummi. Jam sembilan, Echi pamit ke ummi. Echi mau main di lapangan. Sebelum Echi pergi, ummi memberikan uang jajan tambahan, bonus untuk Echi yang sudah membantu ummi.

“Ih, Ummi. Echi kan bantu ummi bukan buat uang?” Echi merajuk manja.

“Nggak apa-apa, kamu kan seneng banget es krim-nya Mang Eji? Biasanya bentar lagi dia nongkrong di lapangan.” Ummi menjawab lembut.

“Iya, Mi. Makasih ya, Miii. Echi cintaaa banget ama Ummi.” Echi mencium ummi.

“Iya, ummi juga cintaaaa banget ama Echi.” Ummi memeluk Echi.

Echi berpamitan, dan dengan langkah riang, Echi pun pergi ke lapangan.

Lapangan desa tempat favorit Echi. Lapangannya luas, rumputnya segar, di pinggir lapangan banyak bunga berwarna-warni. Banyak yang bermain di sana. Ada yang bersepeda, main layangan, petak umpet, ada juga yang sibuk utak-atik hape. Echi paling sebal melihat temannya yang sibuk dengan hape di lapangan.

Nah, itu Mang Eji!

Echi berlari menuju Mang Eji. Kali ini Mang Eji memakai baju dan celana serba batik. Echi senang sekali, ia pun bertanya kepada Mang Eji.

“Mang Eji dapet batiknya dari mana? Bagus deh...!” Echi memuji pakaian Mang Eji.

“Oh, ini oleh-oleh adik Mang Eji dari Pekalongan, Neng.” Mang Eji menjawab sambil mengambil es krim kesukaan Echi, cokelat.

“Oo, bulan lalu Echi juga dibeliin rok batik ama Abi. Besok Echi pake deh, mau tunjukin ke Mang Eji.”

Echi mengambil es krim dari Mang Eji. Tiga ribu rupiah.

Echi duduk di dekat gerobak Mang Eji, ada bunya melati yang sangat wangi di dekatnya. Sambil makan es krim, Echi menceritakan tentang ummi yang memberinya hadiah. Juga tentang abi-nya yang tiga minggu ini dinas di luar kota, abi seorang auditor.

Tiba-tiba ada yang mendekati Echi. Om itu menyapa Echi dengan suara berat dan pelan. Tapi wajahnya tidak terlihat, tertutupi topi lebar. Echi terkejut.

“Om siapa?” Echi bertanya heran.

Orang itu tidak menjawab, dia semakin mendekati Echi. Echi bergidik ngeri.

Secepatnya, Echi berdiri dan berlari. Es krimnya entah ke mana. Echi masih sempat melihat orang itu dan Mang Eji tertawa-tawa. Echi yakin sekali orang itu penculik. Tapi kok Mang Eji??

“Ummii...!! Ummiiii...!” Echi lari kencang ke rumah.

“Ummi, ummi! Assalamu’alaykum Ummiii!!”

“Wa’alaykumuss....”

Echi langsung menubruk ummi.

Sambil terus mendekap erat ummi, Echi menceritakan pertemuannya dengan om penculik tadi.

Tidak lama kemudian, ada yang masuk ke rumah mereka. Itu om penculiknya!!

“Assalamu’alaykum....” Lho, kok suara abi??

Orang itu membuka topi lebarnya.

“Ab...Abi?? Aaah, Abi nakaaaaaal!!” Echi langsung lari dan memeluk abi.

Abi dan ummi terbahak-bahak melihat putrinya yang tadi ketakutan setengah mati.

Rupanya itu abi-nya Echi yang baru pulang dari dinas luar. Tiga minggu tidak bercukur, abi jadi mirip penculik. Echi jadi malu, tidak mengenali abi. Tapi Echi senang sekali, abi membawa oleh-oleh lima kardus pempek! Berarti sore ini Echi bisa membantu ummi bagi-bagi pempek ke tetangga.

Ah, untung bukan om penculik betulan!

Jurangmangu, sore hari di 25 Nopember 2011.
Ayo jadikan anak-anak kita anak yang asertif!!

Tidak ada komentar: