Senin, 21 November 2011

Negeri Santun Itu

Alkisah tersebutlah sebuah negeri di Tenggara Asia. Negeri elok, permai, cantik, menarik, kaya sumber daya alam, berkebudayaan yang beragam, dan penuh kepribadian. Negeri itu, negeri yang hingga sedetik yang lalu masih membuat diri ini bangga, negeri yang membuat diri ini bersyukur sekali menjadi bagian di dalamnya. Negeri itu dikenal dengan budaya timur yang sangat kental dengan kesopanannya, keramahannya, gotong-royongnya, tenggang rasanya, tepa seliranya, dan segenap pujian lainnya.

Kebanggaan sedetik yang lalu itu, seketika agak tertutupi dalam hati ini. Benarkah ini negeriku? Atau aku sedang tersesat di negeri lain yang berbahasa sama dengan negeriku, dengan peta yang sama dengan negeriku, dengan bentuk pemerintahan yang sama dengan negeriku, dengan ras manusianya yang sama dengan negeriku? Hanya itu yang kuharapkan, bahwa aku sedang tersesat di sebuah negeri alien dengan rupa yang sama persis dengan negeriku.

Negeri santun itu, tidak akan mau mencerca tetangganya dengan hinaan tak berakhlak. Negeri santun itu, tidak akan mau meneriaki tetangganya dengan kata-kata kotor. Dan negeri santun itu, tidak akan membuat gaduh tak termaafkan saat lagu kebangsaan negeri sahabat dilantunkan dalam pertandingan olahraga. Ya, karena negeri santun itu adalah negeriku. Negeri santun di tenggara Asia, di barat laut Australia.

Sedangkan di sini aku sedang tersesat. Lihatlah negeri tempatku berada saat ini! Caci-maki membudaya, hinaan kepada tetangga terus menggejala. Menang pertandingan, jumawa. Kalah pertandingan, mencerca lawannya. Dan yang membuat aku ingin segera pulang ke negeriku yang santun, karena negeri ini tak beradab! Tanpa sungkan menenggelamkan lagu kebangsaan tetangga yang sedang dikumandangkan di awal pertandingan. Tanpa malu membuat coreng nama baik sendiri sebagai negeri penyelenggara pertandingan. Kalau ingat seremonial pembukaannya, sungguh malu aku tersesat di negeri ini!

Di sana, di negeri para tetangga, sikap tak beradab itu telah menjadi berita. Bukan hanya tetanga terdekat, tapi sudah sekian negeri memberitakan sikap tak berakhlak negeri ini. Tinggal tunggu saja, negeri ini dicemooh laksana sebuah negeri komunis yang rakyatnya pernah melakukan hal serupa kepada negeri yang pernah menjajah negeri ini. Tinggal tunggu saja, federasi olahraga memberikan sanksi atas tindakan memalukan negeri ini. Tinggal tunggu saja, Yang Maha Kuasa memberikan peringatan yang lebih nyata.

Dan nanti malam, negeri ini akan berhadapan kembali dengan negeri tetangganya. Dalam sebuah pertandingan yang diberi nama ‘final’. Bagaimana nasib lantunan lagu kebangsaan negeri sahabat itu nanti malam? Ah, aku berharap segera kembali ke negeriku sekarang juga. Negeri santun itu....

Di salah satu sudut negeri ‘santun’, 21 Nopember 2011

2 komentar:

lubis mengatakan...

indonesia vs malaysia.. aq dukung indonesia.. :)

Unknown mengatakan...

Kalo masalah dukung mendukung sih saya juga dukung Indonesia, Bang. Tapi sportif loh ya.... :)