Senin, 20 November 2017

Marrowbone, Mencekam dan Beralasan

Menjadi lelaki sulung dari empat bersaudara seringkali memberikan posisi sulit yang serbasalah. Terlebih jika harus hidup di tempat terasing demi menjauhi sang ayah yang penjahat sadis bahkan tega melecehkan anak gadisnya sendiri. Semakin membuat terasa berat ketika sang ibunda harus meninggalkan keempat anak tercinta untuk selama-lamanya dengan satu pesan, keempat bersaudara harus tetap bersatu apapun yang berusaha memisahkan mereka.

Jack Marrowbone bersama ketiga adiknya bahu-membahu untuk bertahan hidup sambil terus merahasiakan kematian sang ibunda. Jane, putri satu-satunya membuat kue dengan bantuan Billy adiknya sambil menjaga si bungsu Sam. Jack bertugas menjadi distributor sekaligus pemasok yang berhubungan dengan “dunia luar”. Mereka ingin bertahan sebaik mungkin hingga Jack berusia 21 dan cukup umur untuk menguasai rumah dan harta peninggalan orangtua mereka tanpa diambil alih pihak-pihak yang akan merugikan mereka. Sampai kejadian itu datang. Ayah mereka yang pembunuh sadis menemukan tempat tinggal Jack dan adik-adiknya!
.
Sejak kedatangan sang ayah, berbagai kejadian aneh menghampiri. Hubungan asmara Jack dengan Allie gadis idamannya pun terbentur keberadaan Tom Porter sang pengacara keluarga. Tom yang ambisius dan oportunis itu berusaha memanfaatkan keadaan keluarga Marrowbone. Demi melancarkan ketertarikannya kepada Allie, Tom menghembuskan cerita-cerita negatif tentang Jack yang ternyata tak sepenuhnya mengada-ada. Ada sesuatu yang salah dengan Jack. Lalu apa yang terjadi dengan ketiga adiknya?

Akting George MacKay, Charlie Heaton, Mia Goth, dan Matthew Stagg sebagai keempat bersaudara berhasil menyajikan masing-masing karakter dengan baik. Kyle Soller pun mampu membuat kesal dengan perannya sebagai pengacara. Sang sutradara Sergio G. Sánchez yang juga menulis skenarionya berhasil mengarahkan para pemeran untuk menyajikan suasana mencekam, misterius, dan penuh alasan. Hanya saja, karakter Allie yang diperankan Anya Taylor-Joy rasanya terlalu angelic dan sedikit mengurangi rasa gereget dalam cerita film yang diproduseri Belén Atienza, Álvaro Augustin, Ghislain Barrois, dan J.A. Bayona ini.

Selebihnya dari segi kualitas gambar dan suara, penataan cahaya, kostum, dan berbagai unsur lainnya, film ini menarik. Meskipun cukup bisa ditebak arah akhirnya, penyelesaian film ini cukup menghentak. Suasana dalam film masih terus terngiang hingga beberapa waktu. Dirilis di Spanyol pada 27 Oktober 2017, karya apik yang ditayangkan dalam Toronto International Film Festival pada 11 September 2017 ini akan segera tayang reguler di bioskop-bioskop Indonesia. Saya yakin memberikan nilai 9 dari 10 untuk film berdurasi 110 menit milik Universal Pictures ini.

Dio Agung Purwanto
Bintaro, 20 November 2017

Tidak ada komentar: