“Oh, nggak apa-apa. Qadarullah, pasti yang terbaik.”
“Iya, kemarin gagal di tahap ketiga.”
Seorang teman dekat bercerita tentang rencananya yang kandas karena satu lagi jatah kegagalan yang ia dapatkan. Bertahun-tahun yang lalu, ia juga pernah mengalami kegagalan untuk mewujudkan cita-cita berkecimpung di dunia medis. Setahun ia tertunda dari teman-teman seangkatan. Meskipun pada akhirnya ia mampu bangkit dan mewujudkan mimpinya dengan menaklukkan Fakultas Kedokteran Gigi di sebuah universitas negeri, keberhasilan itu ia dapatkan setelah memaksakan diri menelan pil pahit sebuah kegagalan.
Gambar: Sad and depressive wallpaper app |
Tetapi memang hidup selalu hadir dengan dua sisi mata uang. Meskipun kegagalan-kegagalan didapatkan dalam hal ujian-ujian untuk studi maupun bekerja, ia mendapatkan kemudahan lain untuk berprestasi. Sebaliknya saya yang mudah melalui tes-tes yang ada, mendapatkan kegagalan dalam sisi lain di kehidupan.
Tak ada yang selalu mulus tanpa cela. Kegagalan demi kegagalan pasti mewarnai perjalanan hidup kita. Tinggal bagaimana kita menyikapinya, mensyukuri setiap kegagalan yang menghampiri. Ah, kegagalan kok disyukuri? Ya, memang begitu. Kegagalan adalah semacam alarm bagi kita agar tetap menyadari posisi sebagai hamba. Bukankah kegemilangan selalu membuat kita cenderung lupa bahwa semua adalah milik-Nya?
Dio Agung Purwanto
Jakarta, 23 November 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar