Namanya Harry, lengkapnya Harry Prima. Entah mengapa ia diberi nama seperti itu, mungkin dulu orangtuanya anggota PBBP. PBBP bukanlah nama sebuah partai politik di negeri yang menganut sistem multipartai ini, bukan pula sebuah perkumpulan para atlet salah satu cabang olahraga, melainkan sebuah komunitas yang menamai diri mereka sebagai Penggemar Berat Barry Prima. Tahu Barry Prima kan? Itu lho, aktor laga yang ngetop di tahun delapan puluhan.
Harry yang berbadan tegap seratus tujuh puluh senti dan enam puluh dua kilo itu sekarang menyandang status mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di ibukota. Semester lima Universitas Mercusuar, Fakultas Teknik di Jurusan Teknik Tata Boga. Entah sejak kapan teman-temannya menyebut Harry dengan nama Harry Poker, nama yang diberikan teman-temannya karena ia senang sekali memainkan permainan yang satu ini. Walaupun sudah bermain poker sejak kelas satu SMP, Harry tetap saja belum mampu mengalahkan sahabatnya, Hermini.
Meskipun berkacamata tebal minus lima, Harry bukanlah kutu buku yang hanya berkutat dengan buku-buku tanpa memperhatikan aktivitas lainnya. Ia dikenal sebagai mahasiswa yang doyan aksi, demonstrasi di setiap kesempatan. Dan ia sekarang menjadi salah satu staf ahli di Kementerian Propaganda BEM Universitas Mercusuar.
Pernah sekali ia ditangkap polisi lantaran mementung kepala salah seorang petugas hingga benjol dengan bambu tiang bendera yang dibawanya saat berdemonstrasi di depan Kantor Mahkamah Konstitusi. Benjolan berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran tiap sisinya satu setengah inchi, persis ukuran margin kiri yang harus diperhatikan saat menulis paper tugas kuliah. Namun karena tampangnya yang lugu ditambah penampilan yang kyut, polisi yang menangkapnya menjadi tidak tega. Ia pun dipersilakan pulang setelah dimasukkan ke balik jeruji besi selama sembilan tiga per empat menit.
Nah, itu dia! Harry baru saja datang ke Sekretariat BEM Universitas Mercusuar, yang seringkali mereka sebut ‘sekret’. Harry tetap setia membawa tongkat barunya, tongkat yang ia beli di Pasar Rebo seminggu lalu, katanya sih tongkat itu mengingatkan Harry kepada neneknya. Ini bukan tongkat sembarang tongkat, dibuat langsung dari jati Jepara lengkap dengan ukirannya. Oh iya, jangan pernah membayangkan tongkat ini seperti tongkat sihir. Lebih mirip tongkat penopang korban kecelakaan lalu lintas. Atau mungkin memang itu salah satu fungsinya? Entahlah.
Ternyata Harry tidak datang sendiri. Hermini yang dikenal suka bersolek dan berdandan nyentrik itu kali ini memakai rok panjang merah padam, kaos berwarna salem bening, dan tas hijau menyala. Rambutnya yang panjang bergelombang ia permanis dengan bando berbulu domba yang dihiasi boneka spongebob. Wajahnya penuh riasan trend masa kini, setidaknya seperti itu yang selalu dikatakan Hermini. Eye shadow dengan warna biru laut, ia padankan dengan blush on ungu, lengkap dengan lipstik merah tuna. Ditambah dengan sentuhan lip liner berwarna hijau dengan garis border dua milimeter. Oia, lipstik ini baru saja ia beli di Pasar Senen dua hari yang lalu. Tentu saja dengan membawa sample daging ikan tuna yang sengaja ia beli untuk membuat kreasi puding perayaan ulang tahun Harry beberapa jam yang lalu.
Iya, mereka baru saja merayakan ulang tahun Harry yang ke-21. Sesuatu yang menakjubkan bahwa umur Harry sudah kepala dua, padahal wajahnya masih seperti anak baru di SMA. Tidak berlebihan memang, seantero Universitas Mercusuar juga paham mengenai hal ini. Tampang Harry lebih menarik perhatian mahasiswi perguruan tinggi swasta kenamaan itu daripada Morgan Oey, Scotty ‘American Idol’, Kevin ‘Vierra’, maupun Irfan Bachdim. Kecuali perilakunya yang sering terlihat aneh, Harry jauh lebih keren daripada nama-nama itu.
Salah satu perilaku aneh Harry ya seperti sepekan terakhir ini, dia berlagak seperti detektif bersama sahabatnya, Hermini. Apa yang mereka selidiki? Aneh memang, sebuah ember yang ada di Sekret! Menurut cerita beberapa penghuni Sekret yang sering bermalam di sana, ember itu sering menghilang sekitar tengah malam dan kembali lagi menjelang subuh. Dan ember yang biasanya diletakkan di teras belakang Sekret itu selalu kembali dengan banyak bercak darah segar. Nah lho! Ada apakah gerangan?
Setelah bermusyawarah dengan beberapa sahabat penghuni Sekret, akhirnya Harry dan Hermini memutuskan untuk lebih intensif lagi melakukan penyelidikan mereka malam ini. Mereka akan begadang! Hermini dan beberapa penghuni lainnya yang cewek bertugas memastikan ketersediaan logistik. Sementara Harry dan pasukan lelaki yang belum berani mati berjaga di titik-titik yang ditetapkan. Keputusan telah bulat untuk mengungkap misteri ember Sekret malam ini juga, dan mereka pun bergerak mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan tugas masing-masing.
Hermini menangani teh tarik. Asma dan Nadia menyiapkan puding keju lengkap dengan vla kacang hijaunya. Meureen dan Sally menyiapkan berbagai macam kopi. Helvy, Tiana, dan Rosa menyiapkan makan malam. Sementara duo kembar Susi dan Susanti membeli sekantong besar kacang kulit dan sekantong besar kuaci. Wah, menu begadang yang sangat menggiurkan!
Di kubu para lelaki, Harry bersama Alan, Budi, dan Kusuma menyiapkan strategi pengintaian yang sejitu mungkin untuk menangkap pelaku penghilangan ember Sekret. Setelah berbagai pertimbangan dilakukan, mereka menetapkan empat titik penjagaan. Alan, Budi, dan Kusuma berjaga di pintu depan Sekret. Irfan dan Hakim berjaga di dekat kedai sate Pak Robin di seberang Sekret, hitung-hitung mengharapkan Pak Robin berbaik hati membagi sepuluh-dua-puluh tusuk. Harry menjadi pusat kontrol dengan berkeliling pos-pos yang ada sambil memastikan semua titik penjagaan dikawal dengan kondusif. Sementara itu Ahmad dan Fuadi berjaga di teras belakang Sekret di dekat sumur.
Malam mulai beringsut gelap, jama’ah sholat Isya sudah tersapu bersih dari masjid. Harry dan kawan-kawan mulai berkumpul di Sekret. Santapan makan malam pun dihidangkan. Lumayan, perbaikan gizi! Menu makan malam ini sangat bervariasi. Ada tempe, tahu, oncom, dan tauco, lengkap dengan minuman pelengkap berupa susu kedelai. Semuanya ludes dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Malam semakin larut, sebentar lagi kedua jarum jam merapat di angka dua belas. Harry berkeliling Sekret memastikan semua pos penjagaan diawasi dengan baik. Tanpa kekhawatiran sedikit pun, semua penghuni Sekret yang menjalankan misi malam ini masih terus terjaga dengan aktivitas masing-masing. Hanya Irfan dan Hakim yang sedikit lengah, mereka bermain catur. Tapi tak apalah, toh ada Pak Robin di dekat mereka.
Lewat tengah malam, belum ada tanda-tanda target muncul. Harry dan kawan-kawan mulai mengantuk. Berbagai variasi kopi sudah disuguhkan, kuaci dan kacang kulit pun sebentar lagi juga ludes.
Pukul dua lewat sembilan tiga per empat menit, Harry sudah hampir putus asa dan melambaikan kedua tangan tanda menyerah.
“Woaaaaa!!!! Maliiiiiing!!!” Jelas sekali itu paduan suara Ahmad dan Fuadi.
Semuanya lari lintang pukang ke arah sumur di belakang Sekret.
Berhasil! Ternyata target telah berhasil ditangkap! Dengan bangganya, Harry menunjukkan kepada teman-temannya tersangka yang sudah ia bekap dengan karung goni merah jambu yang sengaja ia beli dari toko spare part tadi sore.
“Tadaaaa!!”
Semua mata terbeliak, terpana, terpesona, terbuai. Amboi, sungguh tak disangka! Mereka telah menangkap pelakunya!
Eit! Tapi tunggu dulu! Sepertinya mereka sangat kenal dengan pria yang tadinya dibekap karung goni itu. Tampang yang sangat khas, familiar sekali. Ya, tampang tusukan sate! Pak Robin? Hah?!
Setelah tali yang membebat mulut Pak Robin dibuka, ia tersengal-sengal seperti ikan bilih khas Danau Singkarak dilempar ke Gurun Sahara yang panasnya tak terkira. Semua mata menunggu penjelasan dari Pak Robin, dengan barang bukti otentik P21 berupa ember Sekret yang masih tergenggam erat tangkainya di tangan kanan.
Robin Pakpahan, asli Sukabumi. Umur 43 tahun, istri satu, anak lima. Penjual sate sekaligus office boy di Gedung Mangkuurat, tempat Sekret berada.
Setelah diinterogasi cukup lama. Olala!! Yang dimaksud ember Sekret itu sebenarnya memang ember Pak Robin yang spesial dipakai untuk menaruh daging untuk bahan baku pembuatan sate. Ditaruh di teras belakang Sekret untuk memudahkan Pak Robin mengambilnya setiap malam ketika akan menggelar kedai satenya. Baru diambil tengah malam, karena biasanya jam segitu baru dimanfaatkan untuk memindahkan sisa daging dari baskom besar yang dipakai sejak sore. Dikembalikan menjelang subuh setelah kedainya ditutup. Demikianlah ceritanya. Harry, Hermini, dan kawan-kawan melongo menyimak penjelasan Pak Robin.
Misteri ember Sekret telah terpecahkan. And the case is cleared! Besok, Harry berencana untuk menantang Hermini main poker lagi.
Diselesaikan di Jurangmangu, 28 Mei 2011, pukul 22.01 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar