Selasa, 07 Maret 2017

Merindukan Surga, Mencinta Dengan Dewasa

Satu lagi novel karya Asma Nadia diadaptasi ke dalam film layar lebar. Setelah sukses dengan Surga Yang Tak Dirindukan pada tahun 2015, MD Pictures menghadirkan sekuelnya dengan tajuk Surga Yang Tak Dirindukan 2 sebagaimana judul novelnya. Berbeda dengan film pertama yang disutradarai Kuntz Agus, kali ini Manoj Punjabi sebagai produser memilih Hanung Bramantyo yang sudah malang melintang dalam produksi berbagai film berkualitas. Para pemainnya tetap dihiasi bintang-bintang ternama Fedi Nuril, Raline Shah, dan Laudya Cynthia Bella. Lebih menariknya lagi, Reza Rahadian turut mewarnai peran dalam SYTD2 ini.


Gambar: 21cineplex.com
Sinopsis (sumber: 21cineplex.com):

Pertemuan dengan Arini membuat Meirose menjadi ragu dengan pilihan hidupnya selama ini. Arini begitu tulus menyayangi dirinya dan Akbar, dan berharap agar Meirose kembali pada Pras. Mereka sudah menjadi keluarga. Apalagi ketika sosok Pras muncul dihadapannya, Meirose tidak bisa mengingkari bahwa cintanya pada laki-laki bijak itu masih ada dalam hatinya. Bahkan Arini didukung Nadia, berusaha keras menarik Meirose kembali.

Meirose bingung, maju dengan kehidupannya yang baru, yang dia sendiri tidak tahu akan jadi seperti apa, ataukah mundur pada kehidupannya yang lama, yang ingin dia tinggalkan selama ini, tapi menjanjikan hal yang lebih pasti bagi masa depannya?

Ada apa di balik motivasi Arini yang menggebu-gebu meminta Meirose kembali dalam kehidupan rumah tangganya yang sudah harmonis selama ini?

Apa yang akan dilakukan Pras, akankah dia kembali menerima Meirose? Sementara, dia meragukan kemampuannya untuk bersikap adil sebagaimana yang diwajibkan Allah pada laki-laki yang memilih berpoligami?

Siapa juga Dokter Syarief (Reza Rahadian) yang tiba-tiba hadir di tengah-tengah persoalan mereka?

Lalu mengapa surga itu tiba-tiba menjadi dirindukan sekarang?

Seperti biasa, Alim Sudio sangat piawai menerjemahkan novel ke dalam skenario film layar lebar. Meskipun detail-detail cerita cukup banyak berbeda dengan novelnya, garis besar cerita tetap terasa “Asma Nadia banget”. Adaptasi apik ini membuat SYTD2 sebagai produk kreatif yang sangat pantas disaksikan di  bioskop berkali-kali.

Menyimak kisah para tokoh, SYTD2 menyajikan kekuatan cinta dengan konflik yang tidak biasa. Poligami sebagai isu sensitif mampu dihadirkan dalam nuansa yang mengundang gelak tawa lalu dilanjutkan tangis menyesakkan dada. Menariknya, film dari novel karya muslimah yang beberapa tahun terakhir dinobatkan sebagai 500 World’s Most Influental Muslim ini tidak menonjolkan konflik menggebu-gebu cinta segitiga sebagaimana kebanyakan kisah romansa yang melibatkan lebih dari dua insan. Sebaliknya, penonton disuguhi kedewasaan sikap para tokoh dalam menghadapi persoalan yang menyelimuti mereka. Kita bisa melihat bagaimana Arini demikian mampu mengendalikan egonya kepada Meirose yang notabene juga merupakan istri Pras, pun Meirose yang justru sangat mengasihi Arini alih-alih menyulut permusuhan di antara mereka.

Konflik mengancam karena, selain mereka bertiga, hadir pula sosok dokter Syarief yang ternyata selama beberapa waktu terakhir ikut menghiasi relung hati Meirose yang sudah cukup lama menghindar dari Arini dan Pras karena tidak tega menjadi pemecah kemesraan pasangan penuh kasih itu. Meirose berniat menggugat cerai Pras agar rumah tangganya bersama Arini utuh seperti sedia kala, demikian pula Pras berniat menjatuhkan talak demi menyaksikan kehidupan Meirose yang sudah jauh lebih layak dan agar Meirose bisa melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi di sisi lain, Arini bersikeras agar Pras tidak menceraikan Meirose atas sebuah alasan yang selama ini ia sembunyikan.

Kehadiran Nadia dan Akbar, buah hati mereka, turut membuat cerita film yang berhasil menggaet 205.000 penonton dalam dua hari pertama penayangannya ini semakin mengundang rasa penasaran untuk disimak adegan demi adegan. Nadia yang dibesarkan penuh kasih dan teladan tumbuh menjadi gadis cilik yang bersikap dewasa. Akbar pun dibesarkan Meirose tanpa melupakan hubungannya dengan Nadia sebagai kakaknya meskipun tidak ada pertalian darah bahkan sebagai saudara tiri, karena Akbar pun bukan anak Meirose bersama Pras. Mengetahui keinginan terbesar Arini, Nadia berusaha keras untuk turut mewujudkan harapan bunda terkasih. Di sisi lain, kedekatan Akbar dengan Syarief membuat Arini gamang dengan keinginannya menyatukan kembali Pras dan Meirose. Tak lupa pula kehadiran tokoh-tokoh pendukung semisal Panji, Sheila, Amran, Hartono, dan Lia, yang membuat film ini semakin berwarna. Keputusan mengajak serta Nora Danish, aktris kenamaan Malaysia, untuk turut berperan sebagai manajer Arini adalah pilihan cerdas untuk menambah kekayaan film yang juga ditayangkan di Malaysia dan Brunei ini.

Arini, Pras, Meirose, dan Syarief menuturkan kedewasaan dalam mencinta. Bukan tanpa cemburu saat Syarief mengetahui bahwa Pras adalah suami Meirose, bahkan harus menghadapi kisah yang tiba-tiba berubah drastis dalam hidupnya. Pun bukan tanpa kesedihan, Arini menghadapi kenyataan bahwa ada perempuan lain dalam dongeng hidupnya bersama suami tercinta. Pras, lelaki penuh tanggung jawab dan memiliki jiwa penolong yang teramat besar itu juga dihadapkan pada tuntutan kewajiban yang teramat sulit. Demikian juga Meirose yang harus menyelaraskan hasrat hatinya dengan keadaan orang-orang yang sudah menjadi perantara Allah atas hidayah dalam hidupnya, orang-orang yang sudah sangat ia kasihi.

Karya anak bangsa yang digarap penuh keseriusan dan sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak 9 Februari 2017 ini teramat sayang jika dilewatkan. Sinematografi yang memukau, pesan-pesan yang mengisi jiwa, dan narasi yang memesona, sangat patut disaksikan oleh sebanyak mungkin orang yang peduli dengan hiburan bernilai positif. SYTD2 diakhiri dengan penyelesaian yang menyedihkan sekaligus membahagiakan. Film apik ini berkisah tentang kejujuran dalam mencinta. Dengan kejujuran itu, hadir kedewasaan. Kecemburuan bukan alasan mengabaikan kebaikan-kebaikan yang sudah ada. Dengan mengutamakan keikhlasan dalam berkorban, maka demikianlah cinta menunjukkan kesetiaannya.

Dio Agung Purwanto
Bintaro, 7 Maret 2017

Tidak ada komentar: