Kata Gol A Gong, kopi ini pahit sekali
Biasanya kuaduk sesendok-dua gula pasir
Agar manis menyeruak di antara getir
Tapi malam ini kusengaja tanpa gula
Pahit! Lekatnya terasa di kerongkongan
Sesekali ingin kurasakan rasa aslinya
Asli dari hitam biji kopi yang dihanguskan
Asli tanpa senyuman Raisa yang menawan
Bicara mengenai Raisa, mungkin aku cemburu pada Afgan
Di studio, di panggung, bahkan di smule
Sungguh beruntung itu bujang
Tapi racauan ini bukan tentang Raisa dan Afgan, bukan pula tentang Mario Teguh dan Kiswinar, apatah lagi tentang Justin Bieber dan Sofia Richie. Bukan, karena ini bukan gurauan Lambe Turah di Instagram.
Kata Gol A Gong, kopi ini pahit sekali
Sengaja kupesan espresso double shot
Tanpa penganan, tanpa gula
Kusesap sepenuh jiwa, pahitnya semesta
: duka
Lembar demi lembar majalah kubuka
Beritanya bukan tentang Hamas Syahid dan Aquino Umar, bukan pula tentang Masaji Wijayanto dan Izzah Ajrina, apatah lagi tentang Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia yang termasuk 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia. Bukan, karena ini bukan laman kapanlagi, detik, dan semacamnya.
Kata Gol A Gong, kopi ini pahit sekali
Panas-panas kuminum di pekat malam
Senada warnanya, antara malam dan kopi
Tanpa mentari, tanpa pelangi
Kuhirup sepenuh sukma, kurenungi maknanya
: sedalam cinta
Empat purnama di hadapan
Terhampar penuh harapan
Dalam upaya, berharap ridho-Nya
Tak lama lagi aku sarjana
Tapi tunggu dulu! Di mana 'kan kutemukan data?
Bintaro, 18 September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar