Sabtu, 25 Desember 2010

Waktu Itu 26 Desember di Hari Minggu

Kau, aku, kita semua pasti masih ingat. Saat enam tahun lalu, sebuah tragedi yang tak mungkin lekang dari sejarah. Bencana itu bukan sekadar bencana lokal yang membawa kesedihan parsial, melainkan bencana global yang telah mengukir catatan kelam. Bukan satu, bukan dua, bukan tiga. Nyawa-nyawa itu telah kembali ke haribaan. Ia telah melayang bersama awan. Ia telah tersapu oleh bah tanpa arah. Ia telah tenggelam bersama lumpur yang kemudian seolah tidur. Tiada harap lagi kita bersua dengannya, karena dunia tetaplah hal yang fana.

Mentari pagi ternyata tak selalu pertanda baik. Pagi itu, ia telah merenggut jiwa. Menyisakan pilu yang tiada terobati, kecuali pasrah dan mendekatkan diri. Setelah kejadian yang hanya terhitung ratusan detik, semua berubah. Sungguh, semua tiadalah sama, sampai kapan pun.

Hari ini, enam tahun kemudian. Harinya sama, di akhir pekan. Momennya sama, sedang liburan. Duhai, mungkin ada kekhawatiran dalam hati. Bisa jadi ada bencana lagi. Azab atau ujian? Kita tak berharap itu azab, tapi layakkah itu kita sebut ujian? Sedangkan ujian identik dengan kenaikan level. Tak yakin diri ini sudah begitu layak mendapatkan ujian. Jangan-jangan itu benar-benar azab, sementara diri tiada tersadarkan.

Ah, dua puluh enam Desember. Bukankah ini masa liburan? Lalu apa yang dijadikan dasar ini masa liburan? Tak pelak lagi, ada perayaan yang sejatinya hanya milik sebagian orang. Tapi heran, saudaraku seiman koq ikut merayakan? Padahal itu kepunyaan mereka, bukan kita. Bahkan lidah pun latah, seolah gatal jika tidak mengucapkan selamat.

Hei, ini perkara akidah, Kawan! Kalau ini saja kita sudah main-main, lalu bagaimana dengan ranah lainnya? Bukanlah bangga yang dirasakan, seharusnya. Biarkanlah mereka, tersesat tanpa kesadaran. Janganlah kita malah mengikuti mereka.

Lalu bencana itu? Bisa jadi benar-benar azab, karena mulut dan tingkah kita sering latah. Lantas Penguasa Jagad Raya tersinggung, dimurkailah kita. Kita muslim dan mendominasi di negeri ini, tapi perayaan akhir tahun ini sangat semarak. Sekali lagi, itu bukan milik kita! Tinggalkanlah, jauhilah, jangan latah! Hati ini benar-benar khawatir, jika Minggu di 26 Desember berbuah petaka lagi. Hanya karena kita latah. Wallahu a’lam bisshowab....

Jurangmangu, 25 Desember 2010

Tidak ada komentar: