Hidup kita saat ini tidak bisa terlepas dari pengaruh musik yang terealisasi dalam berbagai bentuk dan warna lagu. Beribu judul lagu mungkin sudah pernah kita dengarkan. Dan disadari ataupun tidak, sudah banyak sekali lirik lagu yang kita hafal. Akan tetapi, pernahkah kita mencermati isi lagu-lagu tersebut dengan seksama? Apakah lirik-lirik pada lagu-lagu tersebut sudah logis? Mari kita cermati beberapa contoh berikut ini.
“Sudah berulang kali aku bermain cinta. Jadi baru abang yang Adik cinta.” Sebagian besar dari kita mungkin pernah atau bahkan sering mendengar lagu dangdut yang satu ini. Tepat sekali! Judulnya adalah ‘Gadis atau Janda’. Dari dua bait itu, jelas sekali bahwa liriknya dibuat asal sesuai rimanya. Sudah jelas-jelas si perempuan mengatakan bahwa dia sudah berulang kali bermain cinta. Si laki-lakinya malah ke-ge-er-an beranggapan bahwa dialah yang pertama dicintainya.
Ada lagi lagu yang agak sendu. ”Ribuan hari aku menunggumu. Jutaan lagu tercipta untukmu.” Pencipta lagu ini mungkin saja tidak pernah belajar matematika. Coba kita misalkan ribuan hari itu cukup seribu hari, lalu jutaan lagu itu sebagai satu juta. Lalu jika dalam seribu hari ia bisa menciptakan sejuta lagu, apakah benar dalam sehari ia bisa menciptakan seribu lagu? Impossible!
Kembali ke dangdut, mungkin para remaja di tahun 90-an sering mendengarkan lagu ini. ”Ada angin timur, kau pergi ke timur. Ada angin barat, kau pun ikut ke barat.” Secara keseluruhan lagu Cinta Karet ini menceritakan orang yang tidak teguh pendirian sehingga diibaratkan mengikuti angin ke mana saja ia berhembus. Kita semua tahu bahwa angin timur adalah angin yang berhembus dari timur menuju ke barat. Jika demikian, dalam lirik lagu tersebut, orang yang diceritakan justeru menentang arah angin, bukan?
Aduh, kalo diperhatikan, masih banyak contoh yang lainnya. Coba deh kita perhatikan. Seringkali kita tidak peduli dengan syair lagu, yang penting nyanyi aja. Bahkan banyak syair lagu yang mengundang syahwat dan mengandung unsur kemusyrikan. Tidakkah hati kita terketuk? Masihkah kita hanya bernyanyi tanpa menelaah syairnya?
Diselesaikan di Jurangmangu, 24 Nopember 2010
1 komentar:
Hah ha ha...
Jadi inget salah satu teman baik di Palembang.
Dia suka banget mengkritisi lirik lagu...
Wkwkwk
Posting Komentar