Bukanlah janji akan harta berlimpah, ini adalah semangat berubah.
Harap tiada 'kan sirna, atas segala rengkuh yang tak jarang terkoyak luka.
T'lah kutautkan asa, t'lah kubentangkan sayap muda, t’lah kutapakkan ringkihnya kaki untuk berjalan mengarung dunia.
Serabut kerja bapak, satu semangat tak tertara. Lembut usap tangan ibu, renda terindah seluruh dunia.
Tak perlu berbanyak lema, sudah nyatalah bukti kasih.
Merapal segala gundah, meredam semua gelisah. Karena kutahu ada sinar di depan sana.
Duka? Tak mengapa. Takut? Bukanlah jiwa seorang ksatria.
Tika telah diputuskan, ini bukan lagi sekadar persoalan angan.
Tak peduli bungsu, tak peduli tunggal. Rantauan memberikan label sebagai lelaki.
Ya, lelaki. Takut merantau? Siaplah dikebiri!!
Labuhkanlah hati, tapi tetap jaga diri!
Tak berhati-hati? Siapkanlah diri makan hati.
Tapi risiko bukan untuk dihindari, ini tentang pundak lelaki.
Tak mau mengambilnya, sudahlah pulang saja! Sekali lagi, siaplah dikebiri!
Kata insan berilmu, tinggi risiko tinggi martabat. Sebab risiko berikan timbal balik.
Bukan, bukan risiko tak beradab yang bisa kau ambil!
Serantau-rantaunya tubuhmu, bukan Tuhan namanya jika meluputkanmu.
Karena bukan tanah sendiri, baiklah ia mengingatkan diri.
Sujudmu di rantauan, sama perlunya dengan ruku'-mu di tanah handai taulan.
Bahkan dengan semua hal di rantauan, seyogyanya dewasamu lebih cepat matang.
Maka di tanah orang, singkapkanlah lengan bajumu.
Maka di rantau orang, bentangkanlah kain tipismu.
Maka di rantau orang, lebarkanlah senyummu.
Maka di adat orang, tunaikanlah hak tetanggamu.
Maka di adat orang, berikanlah kebermanfaatanmu.
Karena jika tak mau, sekali lagi, bersiaplah kau dikebiri!!
Terluncur di Jurangmangu, pengawal hari di 4 Oktober 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar